close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi. Alinea.id/Firgie Saputra.
icon caption
Ilustrasi. Alinea.id/Firgie Saputra.
Bisnis
Senin, 18 Oktober 2021 16:35

Jualan pecel di Tokopedia, pesanan naik 2 kali lipat

Lewat Tokopedia, bumbu pecel ndeso mengalami lonjakan permintaan di masa pandemi.
swipe

Siapa tak kenal pecel? Sayuran rebus yang disiram bumbu kacang ini menjadi hidangan yang jamak ditemui dalam menu rumahan.

Travelling Chef Wira Hardiyansyah menuturkan pecel pertama kali disebut dalam Kakawin Ramayana, yang ditulis pada abad 9 era Mataram Kuno/Mataram Hindu di bawah Raja Rakai Watukura Dyah Balitung (898–930 M).

"Bênêmanya taman sipi riṅ mahêm mukêt ulam iṅ rêcehan ta pêcêl-pêcêlan śuci tar pacalan cêcêp iṅ jruk asin nasi tāsi saménaka" - semua jenis hidangan yang disiapkan dalam bambu panas, daging cincang yang dicampur dengan sayuran, pêcêl (salad sayuran) murni. Letakkan perasan jeruk (saat memakannya). Mintalah nasi sepuasnya," tulisnya dalam akun Instagramnya @wirahardiyansyah2.0, dikutip Alinea.id, Jumat (8/10).

Wira menambahkan dalam Babad Tanah Jawi edisi Meinsma juga menceritakan bahwa Ki Ageng Karanglo dari Taji (sekitar Klaten) menjamu Ki Ageng Pamanahan dengan beberapa makanan, seperti nasi dan pecel, ayam dan sayur menir saat akan membuka lahan di Mataram.

Pecel juga tertuang dalam Serat Centhini, “Sang Ensiklopedia Jawa,” yang mencatat berbagai jenis makanan, seperti nasi pulen, ayam dengan bunga pandan (panggang pudhak), sayur menir, pecel ayam (dhere), dendeng rusa, dan lalapan seledri kecambah dan kemangi.

Karena itu pula, dia menilai, makanan menjadi salah satu artefak yang masih bertahan di era peradaban milenium ini.

Makanan khas Indonesia. Pixabay.com.

Pecel ndeso khas Solo

Pecel, hidangan yang identik dengan daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur ini memiliki jenis yang beragam. Rasanya pun unik. Resepkoki.id menjabarkan setidaknya ada 10 jenis pecel di Indonesia yang tak hanya berasal dari pulau Jawa.

Sebut saja, pecel Madiun yang menggunakan aneka sayur rebus dengan tambahan spesial petai cina dan daun kemangi. Plus penyajian di atas daun dengan tambahan lauk aneka gorengan. Ada pula pecel Ponorogo yang memakai trancam. Uniknya, pecel ini mempunyai isian wajib yaitu cacahan mentimun dicampur dengan kol, tauge, kacang panjang, parutan kelapa, dan bumbu trancam yang pedas-gurih.

Kemudian, pecel Bledek dari Nganjuk, Jawa Timur yang berbeda jauh dari pecel Madiun. Kata Bledek yang disematkan menandakan rasa pedasnya yang luar biasa, namun serundeng kering nan renyah yang ikut dicampur bisa mengimbangi rasa pedasnya. 

Tulungagung, Jawa Timur juga tak ketinggalan dengan menyumbang kuliner pecel Punten. Sayur yang digunakan dalam pecel Punten lebih sederhana, yakni kangkung, tauge, dan daun ketela/daun lembayung. Selain itu ada pecel Tumpang, sayuran rebus disiram sambal Tumpang, berupa racikan dari tempe yang hampir busuk.

Ada juga tak kalah spesial adalah pecel Ndeso khas Solo. Nama Ndeso ini merujuk pada mbok-mbok penjual pecel yang menjajakan dagangannya dengan berjalan kaki sambil menggendong tenggok atau bakul kecil dengan kain. 

Dewasa ini, penjual pecel Ndeso gendongan semakin langka ditemui. Adalah Vivantri Mayawati (47) yang akhirnya membawa nostalgia kuliner tradisional itu ke mal dan ranah digital.

Pemilik Pecel Ndeso Yu Djasmo ini memilih kuliner tersebut sebagai mata pencahariannya. Baik dengan membuka restoran di mal, maupun kedai di pinggir jalan, hingga menjual bumbu khas pecel Ndeso via marketplace seperti Tokopedia.

“Saya tidak sengaja memulai bisnis,” katanya saat berbincang dengan Alinea.id, Rabu (6/10).

Vivantri mengaku, awalnya diminta penyelenggara bazar di mal untuk menjual makanan tradisional. Tawaran itu disambutnya dengan menjual pecel Ndeso. Meski berupa pecel, namun bumbunya tidak menggunakan kacang tanah goreng yang ditumbuk. Kekhasan pecel Ndeso, kata dia, ada pada wijen hitam yang digerus bersama bumbu.

“Sambal wijen ini cocok untuk diet karena kacang ada lemaknya, kalau wijen enggak ada. Wijen hitam gurih dan ada rasa autentiknya, beda dengan wijen putih,” sebutnya.

Hidangan ini kian khas dengan sajian nasi merah dan bumbu serundeng kelapa yang gurih. Sayuran rebus seperti bunga pisang, bunga pepaya, dan petai cina berpadu dengan tambahan lauk lainnya seperti botok maupun bongko dari kacang tolo.

“Itu yang membedakan dengan pecel lain,” kata ibu tiga anak ini.

Saat mengenalkan pecel Ndeso di bazar mal, Vivantri mengaku sambutan masyarakat cukup positif. Hingga akhirnya, dia memutuskan membuka restoran pecel Ndeso di Solo Square Mal pada tahun 2016. Uniknya, banyak pelanggan yang hanya meminta bumbu pecelnya saja guna dibawa pulang atau sebagai oleh-oleh untuk diboyong keluar kota.

“Lama-lama pesanan bumbu pecel dari teman dan saudara kok banyak, lalu saya tekuni dengan kemasan lebih bagus, divakum, dan bisa lebih tahan lama,” kisahnya.

Resep bumbu pecelnya yang melalui trial and error ternyata bisa diterima di pasaran. Vivantri menyadari untuk menjangkau pasar yang lebih luas, ia harus masuk ke pemasaran digital. Karenanya, tak hanya mengandalkan pemasaran via media sosial, ia juga membuka toko di marketplace Tokopedia sejak Oktober 2019.

Malang, saat awal pandemi di tahun 2020 bisnis Vivantri terkena imbasnya. Penjualan mengalami penurunan.

Namun, kondisi ini tak bertahan lama. Pasalnya, pandemi yang memaksa orang tetap di rumah saja justru meningkatkan pesanan bumbu pecel karena kepraktisannya. Penjualan di Tokopedia juga menolong lini bisnis lainnya yang terimbas pembatasan sosial.

“Setelah membuka di Tokopedia, kok sambalnya malah laku. Makanya harus alih usaha, inovasi penjualan ke pemasaran digital, karena saat pandemi memang customer enggak bisa keluar rumah,” ujarnya.

Selama Agustus 2021, jumlah transaksi Pecel Ndeso Yu Djasmo meningkat dua kali lipat jika dibandingkan dengan periode yang sama dua tahun yang lalu. Menurut Vivantri, Tokopedia menyumbang lebih dari 50% dari total penjualan online.

Sejauh ini, Pecel Ndeso Yu Djasmo bisa menjangkau pengiriman terjauh hingga ke pulau Kalimantan. Adapun pesanan terbanyak berasal dari Jakarta. Perjalanan usaha kuliner Vivantri makin berkembang kala bertemu dengan komunitas usaha kecil, mikro, dan menengah (UMKM) di Solo.

Komunitas itu pula yang mempertemukannya dengan Rasa Solo yang memberdayakan sejumlah pegiat usaha dari Solo. Rasa Solo resmi membuka toko online-nya di Tokopedia pada April 2021 lalu. Menurut Vivantri, bergabungnya Pecel Ndeso Yu Djasmo ke Rasa Solo semakin mengerek penjualan.

“Jika (penjualan) digabung dengan Rasa Solo, pesanan yang masuk lumayan banyak. Misalnya dari akun saya sendiri di Tokopedia hanya 50-60 order, kalau ditambah Rasa Solo bisa 70 lebih pesanan yang masuk. Dengan Rasa Solo, toko kecil saya juga menjadi lebih dikenal, saling menguntungkan lah,” bebernya.

Apalagi dengan layanan pengiriman instan  dengan Gojek, penjualan khususnya di Kota Solo juga makin melejit. Pasalnya, dalam hitungan menit hingga jam, pesanan bisa sampai ke tangan pembeli.

Rasa Solo adalah hasil kolaborasi Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta dengan Tokopedia. Lapak ini sekaligus dibuat demi mengobati rasa rindu para perantau akan kampung halamannya. Rasa Solo berada di bawah naungan program Surakarya sebagai wadah untuk mendukung UKM di Solo dalam jangka panjang. 

“Kami dengan pemerintah Kota Solo memiliki visi yang sama. Yaitu ingin mengembangkan potensi dari produk asli Solo dalam bersaing di skala nasional. Harapannya dengan langkah ini, UKM di Solo akan terbantu, begitu juga para pembeli yang berkesempatan merasakan citarasa Solo dari jauh lewat Rasa Solo,” kata Program Manager Surakarya Michael Anggawinarta, melalui keterangan tertulis, April lalu.

Direktur Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintah Tokopedia Astri Wahyuni menambahkan kolaborasi Tokopedia bersama Pemkot Surakarta lewat kampanye Rasa Solo merupakan wujud komitmen perusahaan untuk #SelaluAdaSelaluBisa.

“Sekaligus membantu UMKM lokal beradaptasi dengan pandemi, melalui pemanfaatan teknologi, demi mempertahankan usaha dan menjaga ketersediaan lapangan pekerjaan,” ungkapnya.

Melalui kolaborasi tersebut, pihaknya berharap dapat menginspirasi lebih banyak lagi UMKM lokal. Terutama untuk mengadopsi kanal digital dalam menjalankan usaha, sekaligus mengajak masyarakat untuk lebih bangga dan memakai produk buatan Indonesia.

Harapannya, semua pihak dapat ikut mendorong pemulihan ekonomi nasional di masa pandemi.
 
Ilustrasi Alinea.id/Firgie Saputra.

img
Kartika Runiasari
Reporter
img
Kartika Runiasari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan