close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional atau Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) menyatakan sebanyak 53 juta jiwa di Indonesia masih masuk dalam kategori rentan miskin. / Antara Foto
icon caption
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional atau Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) menyatakan sebanyak 53 juta jiwa di Indonesia masih masuk dalam kategori rentan miskin. / Antara Foto
Bisnis
Kamis, 29 Agustus 2019 21:15

Jumlah penduduk miskin ditargetkan turun jadi 8,7% di 2020

Jumlah penduduk miskin tahun ini masih mencapai 9,4% dari keseluruhan penduduk Indonesia.
swipe

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional atau Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) menyatakan sebanyak 53 juta jiwa di Indonesia masih masuk dalam kategori rentan miskin.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menyatakan Indonesia mengungkapkan separuh penduduk Indonesia berada dalam kategori menjelang kelas menengah atau expiring middle class, dan 20% darinya adalah golongan rentan.

"Kelompok yang rentan ini bisa jatuh kembali menjadi kelompok dalam garis kemiskinan, kalau mengalami masalah seperti kehilangan pekerjaan, sakit berkepanjangan, kenaikan harga pangan, dan bencana," katanya dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, di Jakarta, Kamis (29/8).

Terlebih, kata Bambang, sebagian besar dari masyarakat golongan rentan tersebut tidak tercakup dalam program bantuan sosial pemerintah maupun jaminan sosial dan ketenagakerjaan, karena pendapatannya dinilai jauh di atas garis kemiskinan.

Hal ini, menurut Bambang, yang menjadi penyebab  tingkat kemiskinan setiap tahunnya turun dengan sangat lambat. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2019, seseorang masuk kategori penduduk jika penghasilannya berada di bawah angka garis kemiskinan sebesar Rp425.250 per bulannya, atau rata-rata kurang dari Rp15.000 per hari.

Bambang melanjutkan, selain besaran jumlah masyarakat golongan rentan, terdapatnya kemiskinan ekstrim di daerah juga berkontribusi terhadap perlambatan penurunan angka kemiskinan dari tahun ke tahun.

"Perlu kami sampaikan ketika kemiskinan sampai single digit, upaya penurunan kemiskinan akan menjadi lebih pelan. Karena yang kita hadapi kemiskinan yang sifatnya ekstrem, yaitu penduduk yang hidup di bawah 80% garis kemiskinan," terangnya.

Kemiskinan ini langgeng, jelas Bambang, karena penduduk dalam kategori ini hidup di daerah-daerah yang sulit mendapatkan akses kesehatan, rumah layak huni, air bersih, sanitasi dan kesempatan peluang usaha.

"Kategori penduduk ini hidup di pedesaan kemudian tersebar di berbagai tempat terpencil di pegunungan di perbatasan atau di daerah yang disebut dengan daerah 3T," jelasnya.

Namun demikian, ia masih optimis tahun 2020 angka kemiskinan akan turun menjadi 8,7% setelah di tahun 2019 mencatatkan angka yang hanya 9,41%.

"Kami perkirakan outlook pertumbuhan kemiskinan akan mengalami penurunan menjadi 8,7% artinya sudah di bawah 9%, namun memang belum bisa mencapai batas bawah yaitu 8,5%," ucapnya.

Untuk dapat memenuhi target tersebut, Bambang mengatakan instrumen dana desa dan juga bantuan sosial harus dimanfaatkan sebaik-baiknya agar mampu berkontribusi terhadap perekonomian.

"Dan juga diperlukan stabilisasi harga pangan, menjaga inflasi, menyalurkan bantuan non tunai tepat sasaran, dan memanfaatkan dana desa terukur yang bisa berkontribusi pada pengurangan kemiskinan," tuturnya.

img
Nanda Aria Putra
Reporter
img
Laila Ramdhini
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan