close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Garuda Indonesia menderita rugi bersih senilai US$213,4 juta setara Rp2,88 triliun pada periode 2017. / Antara Foto
icon caption
Garuda Indonesia menderita rugi bersih senilai US$213,4 juta setara Rp2,88 triliun pada periode 2017. / Antara Foto
Bisnis
Kamis, 19 April 2018 20:18

Jurus Garuda Indonesia biar tak rugi terus

Tampaknya, kepak sayap PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. pada tahun ini masih bakal tertekan rupiah dan harga minyak dunia.
swipe

Tampaknya, kepak sayap PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. pada tahun ini masih bakal tertekan rupiah dan harga minyak dunia.

Manajemen maskapai badan usaha milik negara (BUMN) itu harus memutar otak dan mengatur strategi jitu agar kinerja keuangan tak terus merugi. Hampir tiap tahun, emiten berkode saham GIAA itu terus menderita rugi bersih.

Bahkan, Menteri BUMN Rini Soemarno, belum lama ini pernah menyemprit manajemen Garuda yang tak kunjung mampu memperbaiki kinerja keuangan. Tahun lalu saja, Garuda menderita rugi bersih senilai US$213,4 juta setara Rp2,88 triliun.

Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N. Mansury, mengatakan tahun ini sangat menantang bagi industri penerbangan di dunia. Dia membidik target pertumbuhan kapasitas penumpang hingga mencapai 9%-10% year-on-year (yoy). 

"Pencapaian tersebut tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan khususnya melihat proyeksi nilai tukar mata uang asing dan harga bahan bakar pesawat yang masih fluktuatif," tuturnya di Jakarta, Kamis (19/4).

Catatan saja, nilai tukar rupiah terus melemah hingga mencapai rerata Rp13.700 per dollar AS. Sedangkan, harga minyak mentah dunia terus melambung hingga mendekati US$100 per barel seiring memanasnya konflik Suriah.

Pelemahan nilai tukar dan melambungnya harga minyak mentah dunia tentu akan berdampak besar bagi perseroan. Rupiah akan menekan kerugian kurs dan minyak bakal menambah biaya operasional dari belanja avtur.

Tantangan itu disambut optimistis oleh manajemen Garuda. Pahala yakin, kinerja keuangan perseroan pada 2018 bakal berakhir di zona biru alias menutup akhir tahun dengan capaian laba bersih. 

Tak tanggung-tanggung, manajemen GIAA mematok target laba bersih tahun ini senilai US$8,7 juta atau sekitar Rp117,45 miliar. Sedangkan, pendapatan ditargetkan dapat mencapai US$4,9 miliar atau setara Rp66,15 triliun.

Target itu bakal dicapai melalui generate revenue, efisiensi, hingga reprofiling pinjaman. Pendapatan selain dari penumpang akan digenjot pada sektor kargo dengan target US$22 juta pada tahun ini.

Maskapai penerbangan pelat merah itu juga akan me-reprofiling utang agar beban keuangan tidak tertekan. GIAA memiliki utang jatuh tempo senilai Rp2 triliun pada Juli 2018 dan US$500 juta setara Rp6,85 triliun pada 2020.

Manajemen GIAA telah mengantongi restu rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) atas emisi obligasi global senilai US$750 juta, setara Rp10,27 triliun (kurs Rp13.700 per dollar AS). Dana hasil emisi global bonds itu akan digunakan untuk membayar kembali utang jatuh tempo alias refinancing.

Penerbitan surat utang global itu akan dilakukan di bursa efek Singapura. Sebelumnya, GIAA juga pernah menerbitkan obligasi global dan Sukuk global.

Untuk jangka panjang, GIAA bersama jajaran anak perusahaan mencanangkan strategi bisnis “Sky Beyond 3.5” yang akan menjadi target valuasi Garuda Group sebesar US$3,5 miliar pada tahun 2020. 

Selain itu, Garuda Indonesia Group melalui "Sky Beyond 3.5" pada 2020 turut menargetkan profit perusahaan yang diestimasikan mencapai US$170 juta dengan jumlah penumpang mencapai 45 juta orang serta turut memperkuat capaian tingkat ketepatan waktu hingga 92% dengan standarisasi layanan bintang 5.

Rombak pengurus

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) memutuskan untuk merombak jajaran pengurus Garuda Indonesia. Sejumlah nama pada jajaran direksi dan komisaris dicopot, diganti orang baru.

Pahala juga mengumumkan perubahan nomenklatur atau penamaan, di mana sebelumya Direktur Kargo berubah menjadi Direktur Kargo & Niaga Internasional. "Perubahan nama juga dilakukan pada Direktorat Marketing dan Information Technology menjadi Direktorat Niaga Domestik," imbuhnya usai RUPST.

Sesuai keputusan RUPST tersebut, maka dilakukan pemberhentian dengan hormat terhadap Direktur Produksi Garuda Indonesia Puji Nur Handayani. Selanjutnya, posisi tersebut ditiadakan dan dilakukan penyesuaian struktur direksi baru yang akan bertugas mendampingi direktur utama.

Selain itu, sesuai dengan agenda RUPS 2018, susunan Dewan Komisaris Garuda Indonesia juga berubah dengan masuknya sejumlah nama baru menggantikan dewan komisaris sebelumnya.

Berikut jajaran pengurus baru Garuda Indonesia:

Komisaris
Komisaris Utama & Independen: Jusman Syafii Djamal
Komisaris Independen : Hasan M. Soedjono
Komisaris Independen : Herbert Timbo Parluhutan Siahaan
Komisaris : Luky Alfirman
Komisaris : Chairal Tanjung
Komisaris : Dony Oskaria
Komisaris : Muzaffar Ismail

Direksi
Direktur Utama : Pahala N. Mansury
Direktur Operasi : Triyanto Moeharsono
Direktur Teknik : I Wayan Susena
Direktur Umum dan SDM : Linggarsari Suharso
Direktur Niaga Domestik : Nina Sulistyowati
Direktur Kargo & Niaga Internasional : Sigit Muhartono
Direktur Layanan: Nicodemus P. Lampe
Direktur Keuangan & Manajemen Risiko : Helmi Imam Satriyono

img
Eka Setiyaningsih
Reporter
img
Sukirno
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan