Pemerataan pertumbuhan investasi di Indonesia, dilihat dari foreign direct investment (FDI) saat ini, Sulawesi Tengah, Riau, dan Maluku Utara, menjadi salah satu incaran wilayah investasi di Indonesia di wilayah luar Jawa.
Secara urut, daerah yang masuk ke dalam lima besar FDI ialah Jawa Barat Rp83,5 triliun, DKI Jakarta Rp80,5 triliun, Jawa Timur Rp53,5 triliun, Sulawesi Tengah Rp52,1 triliun, dan Riau Rp44,4 triliun.
Menteri Investasi/ Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyebutkan, penyebab yang membuat nilai investasi di Pulau Jawa lebih tinggi daripada wilayah luar Jawa, adalah dahulu stimulus insentif antara Jawa dan luar Jawa sama besar. Ini yang membuat investor lebih memilih di Jawa. Kini, demi mengimplementasikan pemerataan investasi, pemerintah pun mengubah skema insentif tersebut.
“Sekarang kami ubah. Kalau you mau investasi di Jawa insentifnya beda dengan di luar Jawa. Kalau di luar Jawa insentifnya akan lebih tinggi. Di Jawa ini karena infrastrukturnya sudah ada, energinya udah ada, tenaga kerjanya etosnya juga lebih baik. Jadi kalau kita kasih sama, maka mengalahkan yang di luar Pulau Jawa. Jadi sampai ayam tumbuh gigi pun, gak bisa kita bisa menyamakan,” tegas Bahlil Lahadalia pada webinar Ekonomi Bisnis Indonesia Mid Year Economic Outlook 2022: Prospek Pemulihan Ekonomi Indonesia di tengah Perubahan Geopolitik Pascapandemi, Rabu (3/8).
Pemerataan investasi ini juga sejalan dengan upaya presiden Jokowi bersama pemerintahannya dalam membangun infrastruktur yang masih di seluruh Indonesia. Sehingga saat ini investasi pun lebih merata di seluruh Indonesia.
Bahlil menyampaikan, saat ini pemerataan investasi telah terealisasi. Berdasarkan data di 2019, investasi di Pulau Jawa sebanyak Rp434,6 triliun (53,7%) dan di luar Jawa sebanyak Rp375,0 triliun (46,3%). Ini artinya investasi di Jawa masih lebih tinggi.
Namun berdasarkan data di 2021, investasi di Pulau Jawa menciut menjadi Rp432,8 triliun (48,0%) dan luar Jawa sebanyak Rp468,2 triliun (52,0%), yang artinya terjadi peningkatan nilai investasi di luar Jawa.
Lebih lanjut, Bahlil juga menyampaikan tren investasi di Indonesia saat ini makin tinggi proporsinya di sektor Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin, dan Peralatannya yang nilainya mencapai Rp117,5 triliun. Meningkat drastis dibanding 2019, sektor yang sama hanya memegang jumlah investasi sebesar Rp61,6 triliun.
“Ini searah dengan kebijakan Bapak Presiden RI terkait dengan transformasi ekonomi dari sektor primer ke industri berbasis nilai tambah (hilirisasi)," pungkas Bahlil.