Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengatakan, untuk membangkitkan kembali sektor pariwisata harus sejalan dengan upaya penekanan penularan virus Covid-19, serta meningkatkan kapasitas 3T (testing, tracing, treatment).
“Setelah sektor kesehatan pulih, maka ada akselerasi pemulihan berbagai sektor, terutama pariwisata dan ekonomi kreatif. Skenario pemulihan dan keseimbangan ini harus berjalan secara simultan sehingga kita bisa mendapatkan rebound,” ujarnya dalam Jumpa Pers Akhir Tahun 2020 bertema “Gerak Cepat untuk Bangkit Bersama”, Selasa (29/12).
Awal 2021, lanjut Sandi, merupakan momentum pemulihan sektor pariwisata. Untuk itu kementeriannya akan merancang kembali kebangkitan sektor pariwisata tanpa menunggu vaksin.
“Kita ada upaya 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak) dan K4 (kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan) di sektor pariwisata, tetapi harus diterapkan secara disiplin,” katanya.
Turut hadir dalam jumpa pers tersebut, Wakil Menteri (Wamen) Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf), Angela Tanoesoedibjo menjelaskan tiga strategi untuk mencapai kebangkitan sektor pariwisata yaitu inovasi, adaptasi, dan kolaborasi.
“Pertama, strategi kita adalah inovasi. Salah satunya dengan Big Data. Kalau bicara tentang Big Data, secara tidak sadar saat kita mengklik sesuatu yang kita, tanpa sadar kita akan dipromote oleh hal itu. Itu contoh sederhana,” katanya.
“Sementara itu, dalam pariwisata dan ekonomi kreatif, misalnya kita suka alam dan nonton video tentang gunung. Lalu, ke depannya kita akan mendapatkan iklan feature video yang berhubungan dengan hal itu. Ini akan sangat bermanfaat. Kita bisa mempromosikan hal dengan efisien, efektif, dan lebih personalize,” ujarnya.
Strategi kedua adalah adaptasi. Munurut Angela, dalam situasi pandemi Covid-19, sektor pariwisata tidak bisa berhenti begitu saja melainkan harus beradaptasi. Salah satu upaya yang dilakukan seperti memberikan sertifikasi gartis CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability) untuk industri pariwisata.
“Tujuannya adalah kami berharap para konsumen atau masyarakat akan merasa tempat dengan logo atau stiker CHSE aman. Dengan kata lain, dalam cara ini kita memberikan standarisasi terkait penerapan protokol kesehatan dalam industri usaha pariwisata. Kita harus beradaptasi supaya pariwisata bisa survive,” tuturnya.
Selanjutnya, strategi yang ketiga adalah kolaborasi. Kemenparekraf adalah fasilitator aktif dan perlu berkolaborasi dengan lembaga lintas sektor, para stakeholder, pengusaha, dan tentunya masyarakat.
“Semua stakeholder punya perannya masing-masing, jadi kolaborasi ini sangat penting, terutama saat ini kita dalam kondisi yang terpuruk. Dengan berkolaborasi bisa mempercepat patiwisata untuk pulih kembali,” tukasnya.