Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) bersama dengan Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI) menggelar acara Tablig Akbar Maulid Nabi SAW 1443 H dan talkshow dengan mengusung tema "Meneladani Rasulullah SAW dalam Membangun Peradaban yang Berpusat dari Masjid". Acara ini diselenggarakan secara virtual pada Selasa (19/10) pukul 7.00 wib sampai dengan selesai
Ketua Dewan Masjid Indonesia Muhammad Jusuf Kalla, memaparkan mengenai fungsi masjid pada zaman Rasulullah SAW. Namun menurutnya hal itu sesuatu yang mustahil diterapkan di zaman sekarang. Tetapi paling tidak, aroma masjid ada di setiap kegiatan yang dilakukan.
“Kalau zaman Rasulullah, masjid itu berfungsi segalanya. Karena memang pada zaman itu masyarakat tidak terlalu besar. Sehingga masjid berfungsi untuk keagamaan, salat, dan sebagainya. Berfungsi sosial, karena memang satu-satunya tempat pertemuan adalah masjid. Berfungsi sebagai pemerintahan karena memang pemerintahannya tidak terlalu besar. Dulu keuangan diurus di masjid, sekarang ada menteri keuangan. Pendidikan pun sama dilakukan di masjid, sekarang ada sekolah begitu besar. Apabila kita berbicara fungsi sosial yaitu memakmurkan bangsanya, berarti juga bermakna bagaimana memajukan hal tersebut. Tentu kita tidak bisa membandingkan, karena zaman sekarang ada 800.000 masjid,” tutur Jusuf Kalla dalam sambutannya (19/10).
Selain itu, Jusuf Kalla juga mengharapkan agar pemerintah tidak mengurung diri dalam suatu sistem yang sebenarnya tidak jauh beda dengan ekonomi biasa, seperti ekonomi Islam yang merupakan bagian dari muamalah.
"Seperti yang kita ketahui syariah mencakup daripada akidah, ibadah, dan muamalah. Sistem ekonomi syariah itu paling hebat karena bagi hasil. Di mana ekonomi syariah itu paling berjalan. Jadi jangan menutup diri dari ekonomi syariah,” ujarnya
Kemudian, menurutnya masjid juga harus difungsikan dengan baik. Di mana yang memakmurkan masjid ada tiga yaitu, yang membangun masjid, pengelola masjid, dan terakhir adalah jemaah. Dengan demikian, Jusuf Kalla, menegaskan fungsi ekonomi masjid mesti dihidupkan. Artinya bukan masjidnya yang melakukan kegiatan ekonomi, tetapi jemaahnya yang diberdayakan.
Sementara Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia Prijono menyampaikan, kegiatan tablig akbar Maulid Nabi saw tahun ini, merupakan kolaborasi dan sinergi dari berbagai pihak. Tidak hanya dari bank Indonesia, tetapi juga BPMI, Istiqlal Global Fun (IGF), Dewan Masjid Indonesia, Kadin, Masyarakat Ekonomi Syariah, dan ISEF.
“Dengan rangkaian kegiatan yang telah dilakukan pada 6 Oktober, kemudian pada hari ini. Insya Allah dilanjutkan pada 28 Oktober. Ini menjadi bukti sinergi dan kolaborasi yang kongkret di dalam mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia. Dengan membangun peradaban yang berpusat di masjid, khususnya ini nanti dilakukan oleh para pemuda yang juga didukung berbagai pihak,” jelas Prijono,
Prijono juga menambahkan, kegiatan ini merupakan rangkaian yang tidak dapat terpisahkan dari Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF). Di mana pada 2021 sudah memasuki yang ke-8, dan puncaknya ISEF diselenggarakan pada akhir Oktober 2021, tepatnya pada 25-30 Oktober 2021.
“ISEF ini adalah suatu wadah yang mendorong akselerasi perkembangan ekonomi dan keuangan syariah secara nasional. Berbagai kegiatan yang akan dilakukan di dalam ISEF ini di antaranya, konvensi nasional ataupun internasional, bisnis coaching, bisnis matching, dan tentunya termasuk tablig akbar yang mengusung tema Meneladani Rasulullah saw, Dalam Membangun Peradaban yang Berpusat di Masjid.
Tema ini tentunya terkait dengan satu pelajaran penting. Diantaranya upaya pelayanan, pemberdayaan, dan meningkat kualitas umat, dengan menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan. Sejarah juga telah menunjukkan bagaimana Rasulullah membangun masyarakat di Kota Madinah, yang menunjukkan peran masjid sebagai pusat pembangunan peradaban