Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Rosan Roeslani mengatakan, transisi energi menuju ke bahan bakar yang lebih ramah lingkungan merupakan keniscayaan.
Pasalnya, dengan data yang dihimpunnya diperkirakan energi fosil seperti cadangan minyak Indonesia akan habis dalam waktu 10 tahun dan cadangan gas dalam waktu 25 tahun.
"Transisi energi merupakan keniscayaan. Dalam 25 tahun ke depan Indonesia akan kehabisan cadangan energi maka diperlukan segera transisi energi," katanya dalam webinar, Senin (12/4).
Selain itu, transisi energi ke dalam bentuk yang lebih ramah lingkungan perlu didorong mengingat biaya produksi energi baru terbarukan (EBT) yang mulai menurun dan pertumbuhan investasi global yang meningkat.
"Biaya (produksi) EBT menurun dan investasi global meningkat sehingga pemerintah dan swasta perlu memperkuat transisi energi ini," ujarnya.
Oleh karena itu, pemerintah harus mendorong BUMN seperti PLN dan MIND ID untuk terus mendorong upaya hilirisasi sumber daya mineral Indonesia, seperti batu bara dan nikel untuk membentuk cadangan energi terbarukan di dalam negeri.
Karena, sejumlah negara telah mempunyai target besar untuk beralih ke energi yang lebih ramah lingkungan. Negara seperti, China misalnya menargetkan pada 2025 kendaraan mereka 25% beralih ke kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).
Sementara, Eropa menargetkan pada 2030 akan menyetop penggunaan kendaraan yang berbahan bakar fosil. Sedangkan, Indonesia memiliki 24% cadangan bahan baku baterai listrik dunia, yaitu nikel.
Oleh karena itu, dia mendorong agar pemerintah memanfaatkan keunggulan sumber daya alam Indonesia tersebut, untuk mendukung terciptanya hilirisasi dan transisi energi terbarukan.
Dia pun mendukung, upaya pemerintah untuk memberikan fasilitas royalti sebesar 0% bagi perusahaan minerba yang menjalankan proses hilirisasi bahan baku energi di dalam negeri
"Jadi memang ke depan kita mulai mengantisipasi melihat peningkatan penjualan EV terutama di negara-negara Eropa, Amerika Serikat, dan China," ucapnya.