Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mendorong pemerintah untuk fokus mengembangkan bibit dan benih guna menguatkan ketahanan pangan di Indonesia.
Komite Tetap Ketahanan Pangan Kadin Indonesia Franciscus Welirang mengatakan, benih dan bibit merupakan salah faktor untuk untuk mencukupi ketersediaan pangan di Indonesia. Namun sayangnya, pemerintah luput memberikan perhatian pada sektor ini.
“Yang paling penting hari ini bagaimana mengembangkan bibit dan benih. Pakar-pakar kita di bidang agrikultur itu kan hebat-hebat. Tapi, makin hari makin enggak jelas,” kata Franciscus Welirang dalam acara Focus Grup Discussion (FGD) Ketersediaan Benih dan Bibit Komoditas Pangan di Menara Kadin Jakarta, Rabu (24/10).
Bos Indofood ini juga menjelaskan bahwa tiap bibit dan benih yang bakal ditanam oleh petani, juga harus melalui proses validasi. Sebab, bibit dan benih bisa tumbuh dipengaruhi oleh beberapa faktor lain.
“Anda tak bisa bilang bibit yang bisa menghasilkan 10 ton. Di lahan yang mana? Harus ada validasi,” ujar pria yang akrab disapa Frangky ini.
Selain itu, Frangky juga menyarankan agar pemerintah juga mau memperhatikan bank benih. Sebab, bank benih inilah yang membuat umur benih menjadi lebih awet.
“Kita membutuhkan bank benih. Bank benih itu sampai hari ini pun mungkin enggak jelas. Ada, tapi nggak terawat,” urainya.
Manfaatkan teknologi
Secara terpisah, pemerintah melalui Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) fokus mengembangkan sejumlah teknologi dan inovasi tepat guna untuk peningkatan kesejahteraan dalam empat tahun terakhir.
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir dalam konferensi pers kinerja pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, mengatakan kebijakan untuk menyejahterakan masyarakat juga dikeluarkan Kemristekdikti, salah satunya dengan program pengembangan teknologi dan inovasi tepat guna.
"Teknologi dan inovasi tepat guna yang dirasakan langsung manfaatnya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat menjadi prioritas program kerja Kemristekdikti," ujar dia.
Sebagai negara agraris, ia mengatakan kementerian mendorong dan mengawal perguruan tinggi untuk melahirkan inovasi di bidang pertanian dan perkebunan. Salah satu hasil yang menonjol adalah produk inovasi Padi IPB3S dari Institut Pertanian Bogor (IPB).
"Benih unggulan dari IPB ini dapat meningaktkan produksi padi petani hingga rata-rata tujuh ton. Benih unggulan ini telah ditanam di 65.000 hektare (ha) lahan pertanian di 16 provinsi," lanjutnya.
Tahun 2018, sambungnya, produksi benih komersial seluas 44 Ha di Jawa, Sumatra, Kalimantan, NTB dan Maluku Utara.
Selain itu, sebagai negara kepulauan Kemristekdikti juga menaruh perhatian bagi kesejahteraan nelayan. Salah satu inovasi yang dikembangkan untuk para nelayan adalah konverter kit motor perahu nelayan yang lebih hemat bahan bakar untuk melaut, lanjutnya.
Selain itu, ia mengatakan di bidang maritim juga ada inovasi Garam Pro Analisa adalah jenis garam yang mempunyai tingkat kemurnian 99% hingga 100,5% yang biasa digunakan untuk keperluan laboratorium dan industri.
Dari hasil uji terap diketahui bahwa terjadi penghematan yang signifikan. Dari biasanya nelayan melaut per hari membutuhkan Rp30.000 untuk kapal bermesin 2 tak, dengan menggunakan konverter kit yang dikembangkan ini menjadi hanya Rp3.000 per hari melaut.
Sedangkan untuk Garam Pro Analisa, ia mengatakan harganya jauh lebih murah 20 hingga 30 persen dari produk impor dan dapat menjadi salah satu produk substitusi impor garam.
Teknologi dan inovasi tepat guna lainnya yang telah dikembangkan, menurut dia, otomatisasi mesin batik fotonik dari Institut Teknologi Bandung. Mesin batik ini digunakan sebagai substitusi sinar matahari pada proses penjemuran batik untuk aktivasi warna, sehingga produktivitas pengrajin batik tidak lagi terpengaruh dengan kondisi cuaca. (Ant).