Kala emas tak sekadar perhiasan, tapi THR istimewa
Ramadan masih tersisa 12 hari saja sebelum menuju hari raya Idul Fitri 1444 Hijriah. Namun, saat itu pengunjung sudah mulai memadati Pasar Emas Cikini. Pipit Dhamayanti salah satunya. Pengunjung dari Matraman, Jakarta Timur itu mengaku sengaja menyisihkan waktu libur untuk berburu emas di pusat grosir perhiasan yang terletak di Jalan Pegangsaan Timur, Menteng, Jakarta Pusat tersebut.
Perhiasan emas seperti gelang atau cincin berdesain cantik dengan harga miring adalah target buruannya. “Buat dipakai mudik besok Lebaran,” kata perempuan 34 tahun itu kepada Alinea.id, Minggu (9/4).
Setelah menimbang-nimbang, Pipit menjatuhkan pilihannya pada gelang emas dengan kadar dan berat 6 gr seharga Rp2,6 juta. Ia mengaku alasannya membeli perhiasan emas bukan untuk ajang unjuk diri atau pamer, melainkan salah satu bentuk investasi. Sebab, menurutnya, perhiasan emas lebih mudah untuk dijual kembali, jika ketika Lebaran usai dirinya membutuhkan dana tambahan.
Selain itu, secara nilai perhiasan emas juga tidak akan terlalu jatuh ketika dijual kembali. “Meskipun sudah disimpan agak lama, kalau merawatnya benar, enggak ada lecet atau warnanya enggak pudar, harganya bisa sama kalau dijual lagi,” imbuhnya.
Berbeda dengan Pipit, Annisa (25) mengaku membeli perhiasan emas untuk dijadikan THR (Tunjangan Hari Raya) bagi dua keponakan perempuannya. Perhiasan menjadi pilihan alternatif karena tidak akan habis meski sudah dipakai selama bertahun-tahun. Berbeda dengan THR dalam bentuk uang yang akan langsung habis sekali pakai.
“Entah itu sama ponakan, atau sama kakak, kalau THR-nya uang kan bakal langsung habis kalau dibelanjain. Kalau emas kan enggak,” ujarnya sambil memperlihatkan dua untai kalung dengan bandul bulan yang dipilihnya.
Emas juga menjadi pilihan Yusuf Fajar bagi sanak saudara di kampung, tepatnya di Purworejo, Jawa Tengah. Namun berbeda dengan Annisa, laki-laki yang bekerja sebagai ASN (Aparatur Sipil Negara) di salah satu kementerian ini memilih micro gold dari Antam, UBS dan King Halim dengan berat 0,5 gr dan desain khusus Hari Raya Idul Fitri 2023.
Laki-laki 29 tahun itu bilang, selain memang diperuntukkannya sebagai THR, pemberian emas mini ini juga sebagai ajakan tak langsung kepada saudara-saudaranya untuk berinvestasi. “Kalau dulu kan kita biasanya dapat THR uang, langsung buat beli jajan lah atau keperluan sekolah, atau malah diminta orang tua. Kalau aku kasih emas kan mereka bisa simpan. Bisa dijual kalau memang butuh,” jelasnya, saat ditemui di Toko Emas Agung Cikini.
Sementara itu, kunjungan di Pasar Emas Cikini sudah jauh lebih baik dibanding tahun lalu, seiring dengan normalnya aktivitas dan mobilitas masyarakat. Pada saat yang sama, minat beli perhiasan oleh masyarakat pun juga perlahan membaik, seiring pulihnya kondisi perekonomian nasional.
Andy, dari Toko Emas Agung Cikini mengungkapkan, sejak awal Ramadan, kunjungan di tokonya pun tak pernah sepi. Kebanyakan berkunjung untuk membeli perhiasan emas yang bakal dipakai untuk pelengkap penampilan kala Lebaran. Tak hanya itu, banyak juga yang membeli micro gold 0,1 gr, 0,25 gr, sampai 0,5 gr yang bakal dibagikan kepada sanak saudara.
“Memang sudah geser trennya. Kalau tadinya beli emas (perhiasan) buat dipakai sendiri. Sekarang juga masih banyak si, tapi lebih banyak buat THR. THR-nya juga macam-macam, ada yang ngasih perhiasan, ada juga yang micro gold,” bebernya kepada Alinea.id, Minggu (9/4).
Tren pemberian emas sebagai THR atau angpao di hari-hari besar keagamaan, menurut pengamatan Andy sudah berlangsung sejak akhir tahun lalu. Tahun ini, dia memperkirakan tren ini masih akan berlanjut, dengan micro gold sebagai produk andalan.
Pasalnya, selain sering dijadikan sebagai THR emas mini juga kerap diburu sebagai alternatif investasi masyarakat di kala harga emas sedang tinggi. Bagaimana tidak, ketika harga emas menyentuh Rp1 juta per gram, masyarakat bisa mendapatkan micro gold 0,1 gr atau 0,25 gr di kisaran harga Rp200 ribu.
“Tapi ramainya mungkin baru terlihat nanti seminggu menjelang Lebaran. Karena kan pada saat itu kebanyakan pekerja sudah dapat THR dari kantor, yang terus dibelikan emas buat saudara atau buat dipakai sendiri,” ujar penjual emas yang karib disapa Koh Andy itu.
Meningkatnya permintaan emas menjelang Lebaran terjadi pula di Toko Emas Kranggan Yogyakarta. Pemilik Toko Emas Kranggan Vera Kurniawati bilang, salah satu alasan meningkatnya pembelian emas menjelang Lebaran tahun ini tak lain karena Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) telah dicabut, sehingga masyarakat pun dapat leluasa kembali ke kampung halamannya atau sekadar bersilaturahmi ke rumah sanak saudara.
“Makanya, meskipun emas masih mahal, tapi karena momentum Lebaran, tetap dibeli. Setelah Lebaran, kalau butuh uang lagi, emasnya bisa langsung dijual,” jelasnya, kepada Alinea.id, Kamis (13/4).
Perlu diketahui, sejak awal Ramadan hingga Kamis (13/4), harga emas antam masih bertahan di kisaran Rp975.000-Rp990.000 per gram. Sedangkan rata-rata masyarakat membeli emas dengan berat 5 gram dan kemurnian 5-10 karat.
“Sekarang memang sudah naik, tapi puncaknya H-7 sampai H-3 menjelang Lebaran. Pas itu kan THR pegawai udah pada turun, terus keperluan buat mudik sudah kebeli, tinggal beli baju sama perhiasan atau aksesoris saja,” lanjut Vera.
Emas batangan mulai diminati
Meski pembelian perhiasan emas memperlihatkan tren kenaikan menjelang Idul Fitri tahun ini, namun sama seperti tahun lalu, kenaikan pembelian emas murni berupa emas batangan jauh lebih tinggi. Hal ini terlihat dari omzet toko yang bernaung di bawah CV Hakabe Gold Jewelry itu, yakni mencapai 10-11 kg per bulan.
Sementara itu, jika di hari-hari biasa produk logam mulia yang paling laris adalah logam mulia dengan berat 5 gram, 10 gram dan 25 gram, selama Ramadan hingga menjelang Lebaran, Toko Mas Kranggan menambah variasi produknya dengan menjual pula emas murni 0,5 gram, 1 gram dan 5 gram.
“Dari tahun-tahun sebelumnya yang nyari mini gold buat THR banyak, biasanya yang beli itu ibu-ibu sama karyawan-karyawan yang masih muda,” jelas dia.
Alasan emas murni menjadi buruan tak lain karena nilai investasinya yang lebih besar ketimbang perhiasan emas biasa. Perhiasan emas, kata Vera, memiliki biaya produksi yang jauh lebih besar ketimbang emas murni, sehingga saat dijual lagi penyusutan perhiasan emas akan lebih tinggi. Sementara logam mulia, nilainya cukup stabil dengan mengikuti harga emas dunia.
“Tren sekarang orang juga cenderung lebih suka megang emas batangan daripada uang tunai. Karena nilainya stabil, meskipun terjadi penyusutan juga enggak banyak,” imbuhnya.
Tren peningkatan pembelian emas tidak hanya terjadi di toko-toko ritel saja, melainkan juga perusahaan produsen emas, salah satunya PT Hartadinata Abadi Tbk. Director of Investor Relations HRTA Thendra Crisnanda menjelaskan, tren penjualan perhiasan emas dan emas batangan Hartadinata memiliki pola khusus setiap tahunnya. Di mana kinerja penjualan perusahaan dengan kode saham HRTA ini meningkat di kuartal-II sampai kuartal-III setiap tahunnya.
“Penjualan pada kuartalan di mana terdapat Ramadan bisa tumbuh 40%-50% lebih tinggi dibanding kuartalan biasa,” bebernya, kepada Alinea.id, Selasa (11/4).
Pada tahun lalu misalnya, penjualan perusahaan pada kuartal-II, mencapai Rp1.840,11 miliar, lebih tinggi dari kuartal-I yang hanya sebesar Rp1.376,88 miliar. Pun dengan kuartal-II 2021, yang mana penjualan emas HRTA mencapai Rp1.415,36 miliar, naik dari kuartal sebelumnya yang hanya Rp1.036,97 miliar.
Kinerja apik ini tetap berhasil dicapai perusahaan, meski Indonesia dan dunia tengah dilanda krisis keuangan akibat pandemi. Musababnya, karena penjualan emas batangan selama pandemi ikut terkerek tren investasi masyarakat yang cenderung memilih aset bersifat aman dan stabil.
“Secara rata-rata penjualan perhiasan porsinya mencapai 57% dan emas batangan 43%. Di tahun ini kami menargetkan untuk penjualan perhiasan emas dan emas batangan bisa 50%, 50%,” ungkap Thendra.
Untuk mencapai target tersebut, pada periode Ramadan hingga Lebaran 2023 HRTA mengeluarkan koleksi emas batangan dengan tema Idul Fitri. “Selain itu, untuk menggencarkan penjualan sekaligus promosi perhiasan emas, HRTA secara aktif mengikuti pameran di lokasi-lokasi strategis,” imbuhnya.
Sementara itu, akibat dari peningkatan penjualan emas murni, perseroan berhasil mengantongi pendapatan Rp6,92 triliun atau tumbuh 32,08% secara tahunan (year on year/yoy). Dengan penjualan emas murni HRTA tumbuh 26,83% yoy menjadi 7,75 ton sepanjang 2022. Sementara penjualan kepada segmen grosir berkontribusi 90,85% dari total pendapatan, diikuti oleh penjualan ritel sebesar 7,82% dan gadai 1,07%.
“Pertumbuhan pendapatan perseroan turut didorong kenaikan dari harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) sekitar 4,07% menjadi Rp880.922 tahun lalu dan menjaga net profit margin (NPM) di level 3,66%,” jelas Thendra.
Minat masyarakat untuk membeli emas saat Ramadan juga terlihat pada kinerja penjualan emas PT Aneka Tambang Tbk. alias Antam, tepatnya di kuartal-II 2022 lalu. Di mana penjualan lini produk emas perseroan tumbuh 3,47% yoy menjadi Rp12,28 triliun.
Karena peningkatan itulah, emiten berkode saham ANTM itu kembali meluncurkan emas bertema Hari Raya Idul Fitri. Direktur Pengembangan Usaha Antam Dolok Robert mengungkapkan, ada dua kategori emas tematik yang diluncurkan perusahaan pada Lebaran kali ini, yaitu emas batangan berdesain tiga dimensi yang dicetak dengan berat 5 gram. Kemudian ada juga emas gift series, yang dicetak seberat 0,5 gram dan 1 gram.
“Kehadiran emas tematik merupakan salah satu inovasi produk yang secara konsisten dilakukan Antam. Produk emas tematik Idul Fitri 2023 ini merupakan produk terbaru yang dikeluarkan untuk merayakan momen Ramadan dan Idul Fitri,” ujar Dolok, saat dihubungi Alinea.id, Kamis (13/4).
Meski memiliki desain khusus dan hanya dijual saat periode Ramadan 1444 Hijriah saja, emas tematik bukan kali ini saja diluncurkan oleh Antam. Selain untuk menarik minat masyarakat, emas dengan edisi khusus ini juga dihadirkan untuk memberikan nilai tambah produk emas Antam.
“Antam terus melakukan inovasi produk dan pelayanan produk logam mulia agar bisa memenuhi kebutuhan pasar dan memberikan pelayanan terbaik kepada para pelanggan," tutur Dolok.
Jika dua produsen emas sebelumnya berinovasi pada produk emas murni, berbeda dengan Semar Group. Pemilik merek toko Semar Nusantara ini justru berfokus meraup keuntungan dari penjualan perhiasan emas selama Lebaran dengan memasarkan secara eksklusif perhiasan seperti cincin, kalung dan gelang dengan desain khusus dari Nikita Willy Gold, jenama perhiasan milik artis Nikita Willy.
Selain itu, di momen Ramadan tahun ini, Semar Nusantara juga berkolaborasi dengan salah satu brand fashion hijab tanah air Deenay Scarves untuk menghadirkan eksklusif hampers logam mulia dan scarf bertema bagi-bagi berkah. Di dalam bingkisan khusus ini terdapat sebuah hijab cantik dengan Micro Gold yang akan menambah kilau keindahan hampers dalam box eksklusif.
“Hijab bagaikan sebuah identitas bagi wanita muslim dengan nilai fashion yang bisa memancarkan aura kecantikannya. Sedangkan emas adalah pilihan investasi terbaik. Keduanya adalah perpaduan yang sempurna untuk menjadi sebuah hampers spesial menyambut Hari Raya,” jelas Direktur Utama Semar Group Vanya Gotama, dalam keterangannya, kepada Alinea.id, belum lama ini.
Dari produk logam mulia, Semar Nusantara juga khusus mengeluarkan Petite Gold Edisi Lebaran, yang berkolaborasi dengan CRSL, brand lokal asal Yogyakarta yang bergerak di bidang apparel, merchandise, dan intellectual property. Di mana produk ini berbentuk mini gold dengan pilihan berat 0,1 gram, 0,2 gram dan 0,5 gram yang dikemas dalam greeting card unik berdesain komik dari karakter The Gengs CRSL dengan tema Lebaran.
“Petite Gold bisa menjadi pemberian yang valuable untuk orang-orang terkasih. Dibalik petite gold terdapat heartwarming stories yaitu story yang membuat hati kita merasa hangat. Petite gold ini adalah angpao istimewa yang mampu menghadirkan kesan tersendiri di Lebaran kali ini,” imbuh Vanya.