Kala merdunya narasi siniar mulai menggantikan lagu
"Hi…sekarang kamu lagi dengerin Podcast Rintik Sedu. Podcast exclusive dari Spotify, yang bisa kamu dengar gratis kapanpun. Terima kasih sudah berkenan dengar. Terima kasih sudah berkenan dengar aku cerita, ya karena…banyak hal yang harus di enggak papain,” kata Melly Agustin, menirukan kalimat pembuka podcast Rintik Sedu yang diucapkan Podcaster sekaligus penulis buku Nadhifa Allya Tsana.
Secara tidak sadar, kalimat yang membuka hampir setiap episode Podcast garapan Tim Rintik Sedu itu sudah sangat dihafal Melly. Bagaimana tidak, Podcast milik penulis buku Geez dan Ann itu sudah menemaninya sejak 2020. Itulah pertama kali ia menyadari bahwa podcast, tidak kalah menarik dari lagu-lagu yang sering diputarnya di platform pemutar musik Spotify.
Bagi perempuan 16 tahun ini, mendengarkan podcast sebelum tidur juga sudah menjadi rutinitas, menggantikan lullaby (lagu pengantar tidur) atau cerita-cerita ringan yang sering dikisahkan ayahnya sewaktu kecil. Tidak hanya itu, suara halus dan bahasan ringan dari podcaster-podcaster kesukaannya membuat pikirannya menjadi tenang.
“Kadang juga ada yang relate (berhubungan) juga sama aku. Kayak misalnya, kalau di Rintik Sedu itu kan sering banget bahas soal cinta bertepuk sebelah tangan, atau suka sama teman sendiri, atau kayak gimana caranya ngelupain mantan,” jelas siswi kelas XII di salah satu sekolah menengah atas di Jakarta itu, kepada Alinea.id, Minggu (27/11).
Selain Rintik Sedu, Melly juga mendengarkan podcast lain yang juga menarasikan cerita soal percintaan dan patah hati, seperti Gema Membiru milik Firdhani Zihan dan Kukila, Little Talks dari Vania Winola, Teman Tidur punya Dera Firmansyah, hingga Kita dan Waktu yang dinarasikan oleh Helobagas.
Jika bosan dengan tema percintaan, tak jarang Melly menyelingi daftar putarnya itu dengan tema lain, seperti Cerita Mak Beti, podcast hiburan yang bercerita tentang kehidupan bertetangga di sebuah komplek atau Do You See What I See? podcast soal cerita horror.
“Jadi selang-seling aja dengerinnya. Tapi yang pasti, setelah kenal podcast, kayaknya lebih sering denger podcast ketimbang lagu sekarang ini,” imbuh Melly.
Berbeda dengan Melly, Panji sudah menjadi pendengar setia podcast sejak Mei 2016 silam. Kala itu, ia tak sengaja menemukan podcast dokumenter tentang topik-topik seperti cerita rakyat, legenda dan peristiwa sejarah kelam Lore, yang dibawakan oleh Aaron Mahnke serta Grim & Mild.
Hampir tujuh tahun berlalu, daftar putar podcast laki-laki 26 tahun ini pun makin bertambah dan beragam. Jika sebelumnya dia lebih tertarik dengan podcast-podcast luar negeri seperti Lore, Jocko Podcast yang dinarasikan oleh Pengarang Jocko Willink, atau podcast tentang cerita sehari-hari yang menarik dan lucu Distractible, kini Panji juga beranggapan bahwa banyak pula podcast karya podcaster lokal yang tak kalah menarik untuk diikuti.
“Kalau dari Indonesia aku suka dengar PORD Podcast Raditya Dika, Musuh Masyarakat yang originalnya NOICE, Box2Box yang podcast sepak bola itu, sama banyak lagi,” katanya, saat berbincang dengan Alinea.id, Senin (27/11).
Meski hanya mendengarkan podcast di perjalanan kerja maupun sebelum tidur, Panji mengaku bahwa ke depan dia masih akan terus mendengarkan podcast. Selama cerita-cerita yang disajikan dan dinarasikan oleh para senior masih menarik buatnya.
“Paling bosannya sama isi podcast-nya. Nah kalau udah gitu, biasanya aku cari-cari lagi podcast lain yang lebih menarik, biasanya beda tema juga dari yang aku dengarkan sebelumnya,” imbuh dia.
Baru mulai
Dibandingkan negara-negara lain, popularitas podcast di Indonesia memang tergolong terlambat. Podcast mulai populer dan mendunia sejak 2006 hingga 2013. Namun di Indonesia, media audio yang disebut juga dengan siniar ini mulai meraih banyak perhatian masyarakat pada 2018 dan berlanjut hingga 2019.
Tepatnya ketika platform Spotify mulai memberi ruang khusus bagi konten kreator lokal untuk memperlebar sayap dan munculnya media podcast lain. Namun, bak kapal dengan layar terkembang, podcast semakin berkembang dari tahun ke tahun.
Pendapatan industri musik, radio dan podcast Indonesia (US$ Juta)
Tahun |
Digital Music/Podcast |
Traditional Music |
Traditional Radio |
Total |
2017 |
81.96 |
52,63 |
76,45 |
211,04 |
2018 |
87,57 |
53,94 |
73,22 |
214,73 |
2019 |
102,20 |
58,97 |
75,03 |
236,20 |
2020 |
136,60 |
12,99 |
65,85 |
215,44 |
2021 |
160,80 |
15,43 |
70,52 |
246,75 |
2022 |
177,40 |
57,49 |
72,89 |
307,78 |
2023 |
197,00 |
71,29 |
75,21 |
343,50 |
2024 |
209,60 |
74,67 |
76,24 |
360,51 |
2025 |
218,70 |
77,65 |
76,95 |
373,30 |
2026 |
224,80 |
85,20 |
77,64 |
387,64 |
Sumber: Statista.
Hal ini terlihat dari survei yang dilakukan startup market research dan penyedia data Populix. Di mana dalam riset yang dilakukan pada pertengahan 2020 dan melibatkan 2.500 responden ini, 71,13% di antaranya mengatakan bahwa mereka pernah mendengarkan podcast. Bahkan, melalui survei tersebut, podcast berhasil unggul dari radio sebagai konten audio yang paling diminati saat ini.
Tercatat, podcast lebih sering didengarkan oleh 51,47% responden, sementara radio masih rutin didengarkan oleh 48,52% responden. “Dalam riset ini, podcast mengungguli radio dengan hanya selisih 2,9%. Artinya, kedua media ini masih mendapat animo yang tinggi di masyarakat,” kata Co-Founder dan CEO Populix Timothy Astandu, dalam keterangannya kepada Alinea.id belum lama ini.
Pada tahun yang sama, riset serupa dari Statista juga menunjukkan adanya peningkatan pada jumlah pendengar musik digital dan podcast di Indonesia, yakni mencapai 37,7 juta pengguna dan radio sebanyak 70,5 juta pengguna. Peningkatan pendengar bahkan terus berlanjut hingga 2021, yang sebesar 39,4 juta orang dan radio juga mengalami kenaikan tipis menjadi 71,2 juta. Dengan kebanyakan pendengar menghabiskan waktu 1 hingga 5 jam untuk konten podcast.
Pada 2022, lembaga survei dunia ini memperkirakan pendengar musik digital dan podcast akan mencapai 39,2 juta orang dan radio sebanyak 71,8 juta pengguna. Dengan tren kenaikan tersebut, lima tahun mendatang diperkirakan akan ada sekitar 45 juta pendengar musik digital dan podcast serta 75,1 juta pendengar radio.
Selain itu, pada periode yang sama, pendapatan di sektor industri musik digital dan podcast Indonesia diperkirakan akan mencapai US$228,90 juta atau sekitar Rp3.59 triliun (kurs Rp15.700 per dolar Amerika Serikat), jauh lebih besar dari radio yang hanya sebesar US$78,29 juta atau setara Rp1,23 triliun.
Peluang investasi
Potensi besar inilah yang kemudian membuat Direktur Grup Northstar Henky Prihatna tertarik. “Sebenarnya di Northstar ini memang fokus (investasi) 3 hal, financial, consumer dan digital. Dan memang consumer ini gede banget, karena bisa meliputi health tech, edutech, new media. Nah podcast termasuk juga di sini,” jelas dia, kepada Alinea.id, Kamis (10/11).
Berkembangnya industri siniar, kata dia, setidaknya diperkirakan masih akan terus berlangsung hingga lima tahun mendatang. Hal ini tak lain disebabkan oleh banyaknya pengguna ponsel pintar alias smartphone dan juga internet di tanah air.
Seperti yang telah diketahui, menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) ada sebanyak 167 juta pengguna ponsel di Indonesia, angka ini setara dengan 89% dari total penduduk. Sementara menurut perusahaan riset Data Reportal, pada awal 2022 sudah ada sekitar 370,1 juta perangkat seluler yang terkoneksi di tanah air dengan jumlah pengguna internet berdasar data We Are Social mencapai 204,7 juta orang.
“Angka ini masih akan naik terus karena murahnya tarif internet di Indonesia,” kata Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo Semuel Abrijani Pangerepan, saat dihubungi Alinea.id, Selasa (29/11).
Karena itu pula, tak heran jika Indonesia menempati peringkat kedua dengan jumlah pendengar podcast terbanyak di dunia. Di mana dalam laporan We Are Social dan Hootsuit ‘Digital 2022: April Global Statshot Report’, sekitar 35,2% pengguna internet berusia 16 hingga 64 tahun rajin mendengarkan podcast tiap minggunya.
Jumlah pendengar industri musik, radio dan podcast Indonesia (juta pengguna)
Tahun |
Digital Music/Podcast |
Traditional Music |
Traditional Radio |
2017 |
29,6 |
36,3 |
68,6 |
2018 |
30,7 |
34,5 |
69,2 |
2019 |
32,0 |
32,7 |
69,9 |
2020 |
37,7 |
26,8 |
70,5 |
2021 |
39,4 |
23,4 |
71,2 |
2022 |
39,2 |
25,6 |
71,8 |
2023 |
40,9 |
25,1 |
72,5 |
2024 |
42,2 |
24,1 |
73,1 |
2025 |
43,4 |
23,6 |
73,8 |
2026 |
44,3 |
23,7 |
74,5 |
2027 |
45,0 |
23,3 |
75,1 |
Sumber: Statista.
Presentase ini tepat berada di bawah Brazil, yang mana ada sekitar 39% pengguna internet berusia 16 hingga 64 tahun yang rutin mendengarkan siniar.
Semuel bilang, kegemaran masyarakat Indonesia dalam mendengarkan podcast didukung pula oleh konten-konten yang semakin beragam. Tidak hanya dari materi podcast, melainkan juga dari ide konten yang disajikan oleh para pembuat podcast maupun narator siniar.
“Karena itu, untuk mengembangkan industri podcast, kami juga sudah membuat program ‘Kelas Podcast Siberkreasi 2022. Selain itu, sekarang juga sudah banyak kelas-kelas yang disediakan oleh podcaster professional kepada masyarakat yang berminat untuk membuat podcast sendiri,” imbuhnya.
Dengan program yang sudah diinisiasi sejak 2020 ini, Semuel pun berharap akan semakin banyak bermunculan podcaster lokal. Di saat yang sama, podcaster anyar itu juga diharapkan dapat menghasilkan siniar dengan konten yang menarik dan berkualitas.
Sebab, dalam program ini, peserta tidak hanya akan mendapatkan tip dan trik untuk membuat saluran podcast-nya sendiri. Peserta juga dapat mengidentifikasi sasaran pendengar, mengatur transkrip, memanfaatkan media sosial sebagai media promosi hingga pelatihan suara.
Tidak hanya itu, peserta juga akan mendapat informasi dari penyedia podcast swasta tentang cara terbaik untuk memanfaatkan Anchor dalam membuat dan mendistribusikan podcast mereka.
“Melalui program ini kami juga optimis dapat menciptakan talenta digital yang mampu menciptakan konten podcast yang menarik, positif dan berdampak besar terhadap masyarakat,” tutur Semuel.
Pentingnya edukasi bagi masyarakat yang berminat terjun ke dunia siniar maupun podcaster-podcaster diamini pula oleh VP of Content Noice Thomas Raditya. Sebab, dia melihat banyak kreator pemula yang sangat potensial dan ingin berkarya melalui konten audio, tapi tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
“Atau banyak juga calon podcaster yang bingung atau masih ragu untuk mulai membuat konten. Melalui Kelas Podcast Noice atau kelas-kelas yang diselenggarakan penyedia podcast lain bisa memberikan dukungan dalam bentuk edukasi bagi anak muda yang ingin berkarya lewat podcast,” jelasnya, saat dihubungi Alinea.id, Rabu (30/11).
Sementara itu, ketika konten yang dibuat menarik perhatian banyak pendengar, podcaster akan lebih mudah memonetisasi konten audio tersebut. Dus, tidak hanya peningkatan pendengar saja yang didapat, namun juga cuan.
“Melalui iklan yang masuk dalam konten hingga penyertaan modal dari investor untuk membuat konten tertentu,” lanjut Thomas.
Terlepas dari itu, Chief Business Officer (CBO) Noice Niken Sasmaya menilai, meski dalam tiga tahun belakangan podcast berkembang pesat, namun menurutnya industri siniar belum mencapai puncak pertumbuhannya. Pasalnya, pendengar podcast akan terus tumbuh seiring dengan semakin banyaknya kreator konten audio. Apalagi, jika konten yang dihasilkan semakin kaya baik dari sisi ide ataupun konten.
Waktu yang dihabiskan untuk mendengarkan musik tradisional, musik digital dan podcast 2021 (%)
Waktu |
Hard Copies Music |
Digital Music |
Podcast |
Kurang dari 1 jam |
7,9 |
20,7 |
7,6 |
1 – 5 jam |
14,7 |
37,0 |
15,2 |
6 – 10 jam |
5,0 |
15,8 |
5,9 |
11 – 15 jam |
1,3 |
7,0 |
2,7 |
16 – 20 jam |
0,2 |
3,0 |
1,2 |
Lebih dari 20 jam |
0,6 |
2,8 |
0,3 |
Tidak Tahu |
0,8 |
2,6 |
0,9 |
Tidak mendengarkan |
69,6 |
11,1 |
66,2 |
Data Januari 2022
Sumber: Statista
“Sebaliknya, sekarang ini kita sedang menuju ke puncak pertumbuhan podcast,” ungkap dia, dalam keterangannya kepada Alinea.id, beberapa waktu lalu.
Momen offscreen
Di sisi lain, untuk mendengarkan konten-konten podcast, pendengar pun tidak perlu menyisihkan waktu khusus, seperti layaknya saat mengonsumsi konten visual audio alias video. Tidak hanya itu, platform penyedia podcast pun kini sudah banyak pula memberikan fasilitas download audio, sehingga konten yang mereka sajikan bisa didengarkan oleh masyarakat kapanpun dan dimanapun.
"Ketika orang-orang butuh hiburan di sela-sela kegiatan multitasking-nya, di masa pandemi ternyata konten audio ini hadir mengisi ruang itu. Konten audio juga cukup cocok untuk orang yang ingin menikmati konten sambil berbaring dan rileks tanpa perlu melihat layar," kata Niken.
Tidak hanya itu, dalam keseharian masyarakat, riset Noice mencatat setidaknya dari 24 jam, orang Indonesia mengkonsumsi konten visual dalam 12 jam atau disebut on-screen, kemudian empat jam off-screen dan sisa delapan jam lainnya untuk waktu istirahat. Waktu off-screen ini lah yang menurut Niken bisa dijadikan kesempatan oleh para pembuat konten audio maupun platform podcast dan radio, termasuk Noice untuk menjaring pendengar.
Strategi ini terbukti dari pengguna aktif aplikasi Noice telah melesat menjadi 800 ribu hingga akhir kuartal-II 2022 dibandingkan dengan 400 ribu pengguna pada akhir kuartal-I 2022. Sedangkan total pengguna melesat dari 1,8 juta menjadi 2,5 juta orang.
Selain memanfaatkan momen off-screen, untuk meningkatkan jumlah pengguna Noice juga menggunakan strategi lainnya, seperti menghadirkan konten audioseries atau cerita berseri dengan berbagai macam genre. Niken melanjutkan, jika melirik negara Asia lainnya seperti Tiongkok dan India, audioseries merupakan salah satu tipe konten yang mendukung pertumbuhan platform audio di negara-negara tersebut.
Apalagi, banyak penulis lokal Indonesia yang memiliki basis fans fanatik, di mana mereka cenderung sangat tertarik untuk menikmati karya dari penulis favorit mereka dalam bentuk lain, termasuk audio. “Dengan itu, Noice menilai bahwa konten tersebut sangat berpotensi untuk bisa menarik pendengar yang loyal di Indonesia dengan karakter pendengar yang mirip,” ujar dia.
Sementara itu, menurut General Manager Spotify Asia Pacific Gautam Talwar, sejak peluncuran podcast dalam Spotify di Indonesia pada tahun 2019 lalu, pihaknya melihat adanya peningkatan jumlah konsumsi siniar di platform musik dan audio tersebut hingga lima kali lipat. Bahkan, sejak 1 November 2022, Indonesia menempati 10 besar negara dengan pendengar podcast Spotify terbanyak.
“Pencapaian tersebut diperoleh berkat upaya Spotify yang memberikan kesempatan kepada kreator lokal untuk terus berkarya dengan inovasi serta kemudahan akses terhadap Spotify,” ujarnya dalam konferensi podcast yang bertajuk Spotify All Ears Podcast Summit 2022, di Jakarta, Rabu (16/11).
Beberapa strategi lain yang digunakan Spotify untuk mendongkrak industri siniar di tanah air lainnya, termasuk juga melalui kemitraan dengan Siberkreasi untuk membuat kelas-kelas podcasting dan workshop dengan para creator dan ahli, dan kini ditambah fitur Video Podcast yang tersedia melalui Anchor. Sebab, saat ini 95% podcast di Indonesia dibuat melalui Anchor. Hal ini menjadikan Indonesia berada di teratas di seluruh dunia untuk penggunaan Anchor dalam membuat podcast.
“Kami percaya Indonesia siap untuk pertumbuhan yang lebih besar tahun depan. Bahkan, 1 dari 4 pengguna Spotify di Indonesia mendengarkan podcast setiap harinya. Kami akan terus memperluas dan mendukung pertumbuhan industri podcast di Indonesia,” kata Head of Studios Spotify Southeast Asia Carl Zuzarte, dalam kesempatan yang sama.