close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun dari atas ketinggian bukit Desa Panyang, Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe, Aceh, Kamis (3/1).  (Antara Foto)
icon caption
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun dari atas ketinggian bukit Desa Panyang, Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe, Aceh, Kamis (3/1). (Antara Foto)
Bisnis
Selasa, 15 Januari 2019 10:48

Kawasan Industri Kendal serap investasi Rp6,5 triliun dan 5.000 tenaga kerja

Kemenperin menyatakan Kawasan Industri Kendal (KIK) telah menarik 50 investor dengan target penanaman modal sebesar Rp6,5 triliun.
swipe

Kementerian Perindustrian menyatakan Kawasan Industri Kendal (KIK) telah menarik 50 investor dengan target penanaman modal sebesar Rp6,5 triliun. Kawasan khusus ini juga mampu menyerap 5.000 tenaga kerja hingga 5.000 orang sejak beroperasi pada 2016.

“Aktivitas industri ini dapat memacu penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak. Ini salah satu multipler effect-nya bagi perekonomian nasional,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam keterangan resmi, Selasa (15/1)

Airlangga mengatakan pembangunan KIK direncanakan sampai tiga tahap dengan total lahan seluas 2.700 hektar. KIK akan menjadi kawasan industri terpadu yang didukung oleh pengembangan zona industri, pelabuhan, kota fesyen, dan permukiman.

Hingga akhir pengembangan, KIK sebagai kawasan industri terintegrasi pertama di Jawa Tengah ini memilki potensi penyerapan investasi hingga Rp200 triliun dan tenaga kerja sebanyak 500 ribu orang. 

Presiden Direktur dan CEO KIK Stanley Ang merinci pada 2018 sudah ada 48 perusahaan yang menyatakan minatnya untuk investasi di KIK. Selanjutnya, kata Stanley, dua perusahaan sudah meneken kesepakatan investasi pada Januari 2019. 

“Dua perusahaan yang akan segera mengeksekusi usahanya di KIK, yakni satu dari sektor industri baja yang merelokasi pabriknya, dan satu lagi industri pengemasan yang melakukan ekspansi,” ujarnya. 

Di antara 50 perusahaan tersebut, tujuh sudah beroperasi, tiga perusahaan sedang proses membangun dan 12 perusahaan sedang mengurus administrasi seperti perizinan dan persiapan desain bangunan. “Jadi yang sudah 85% dari Indonesia, 7% Singapura, serta Korea Selatan, Jepang dan Malaysia masing-masing 2%," jelasnya.

Perusahaan-perusahaan itu antara lain PT. Tat Wai Industries, PT. APP Timber, PT. Praya, PT. Ganda Sugih Arthaboga, Steel Fabricator Company, PT. Kendal Eco Furindo, dan PT Roda Maju Bahagia. Target investor sektor lainnya, yakni industri elektronika, otomotif, dan kimia dasar.

Stanley menargetkan, pada kuartal II-2019, investor akan tumbuh lebih kencang sebab kondisi akan lebih stabil. “Investor dalam negeri tak lagi wait and see melihat kondisi politik, sedangkan kondisi perang dagang juga diperkirakan mereda,” ungkapnya. 

“Upaya itu sejalan dengan arahan Bapak Presiden Joko Widodo, yang memfokuskan tahun ini pada pembangunan kualitas SDM setelah infrastruktur,” ujarnya. 
 

img
Laila Ramdhini
Reporter
img
Laila Ramdhini
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan