Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka melarang e-commerce yang ingin bekerja sama dengan Pemkot Surakarta, memasarkan produk asal China, seperti sajadah, tasbih, batik, hingga baju koko. Hal itu disampaikan Gibran pada acara Tantangan Milenial Merebut Peluang Akses Pembiayaan dalam Ekosistem UMKM dan Ekonomi Hijau pada Selasa (28/12).
Menanggapi itu, pengamat Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti menyambut positif hal itu. Alasannya karena tidak ingin produk Indonesia di jiplak China.
“Menurut saya, alasan Gibran adalah untuk menghindari bahwa produk UMKM tersebut dijiplak dan diperbanyak di China,” kata dia, Jumat (31/12).
Menurut Esther, larangan tersebut wajar karena ingin memastikan tidak ingin ada barang tiruan dari negara lain baik dari segi harga dan kualitas.
“Takutnya kalo China menjiplak, dan memproduksinya pastinya harga produk China akan lebih murah sehingga akan berbahaya untuk Indonesia,” jelas dia.
Namun menurut dia, ini hanya solusi jangka pendek untuk opsi yang dilakukan Wali Kota Surakarta Gibran
“Siapa yang bisa membendung dampak disruption era? Di mana tidak ada crossborder lagi antarnegara. Semua orang punya peluang yang sama untuk bertransaksi di platform e-commerce, darimana saja dan dengan platform mana aja,” jelas dia.
Untuk itu, solusi jangka panjang bisa dengan menurunkan biaya yang dikeluarkan untuk modal berbisnis di produksi tersebut. Sehingga produk Indonesia bisa lebih murah dan berkualitas bagus. Dengan demikian produk Indonesia bisa lebih laku dibandingkan produk China.