Beberapa pengamat menilai Indonesia sebaiknya memperbaiki industri di hilir agar dapat meningkatkan produktivitas ekspor.
Wakil Ketua Komite Ekonomi Nasional dan Industri (KEIN), Arif Budimanta menila, produktivitas dalam negeri perlu ditingkatkan untuk menekan pelemahan nilai tukar Rupiah. Hal tersebut dilakukan guna menambah cadangan devisa negara.
Terutama produktivitas dari sektor perkebunan, perhutanan, serta perikanan. Pasalnya, sektor ini dinilai mampu bertahan di tengah pelemahan Rupiah dan cukup tinggi menyumbang pertumbuhan ekonomi.
"Produk pertanian, perkebunan, dan perikanan harus digenjot. Pembiayaan harus diberikan dengan mudah dan terjangkau. Jangan hanya memberikan kredit hanya kepada sektor perdagangan saja," ujarnya dalam diskuksi publik bertemakan "Jurus Jitu Jagain Rupiah di Jakarta, Sabtu (8/9).
Selain itu, kerja sama dengan negara-negara lain juga perlu ditingkatkan. Tentunya bukan hanya sekedar pemberian fasilitas swap antar Bank Sentral setiap negara. Tetapi, juga melakukan pengawasan terhadap jasa keuangan yang di luar kewajaran. Apalagi ada indikasi banyak yang mengambil keuntungan dengan memperdagangkan nilai tukar Rupiah.
"Harus dilakukan pengawasan yang serius terhadap pergerakkan ini, koordinasi anatar negara bukan hanya swap tapi pengawasan pergerakkan jasa keuangan di luar kewajaran," pungkasnya.
Disisi lain, berdasarkan posisi di market sendiri, Analis Pasar Modal Lucky Bayu Purnomo, menilai pemerintah mengunggulkan proyek infrastruktur yang menjadi primadona. Padahal, sektor infrastruktur dalam psosisi terbawah di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Sementara dua sektor yang berada di paling atas dalam IHSG, justru berasal dari sektor pertambangan dan perkebunan.
"Hanya dua sektor tersebut yang berada di atas kinerja IHSG, peluang koreksi di bawah indeks masih terjadi. Itu mengapa pasar cenderung membatasi diri dan saat pelemahan Rupiah, IHSG sempat terkoreksi hingga 5%. Karena fundamental belum kokoh," papar Lucky pada kesempatan yang sama.
Oleh sebab itu, ada baiknya pemerintah lebih memfokuskan terhadap dua sektor tersebut. Untuk ketahanan Rupiah ada baiknya pemerintah melakukan skenario baru dengan mematok Rupiah pada level Rp15.050.
Untuk diketahui, Rupiah terus tertekan penguatan US$, yang bahkan sempat mendekati level Rp15.000 per US$. Pada dua hari terakhir, Rupiah mengalami perbaikan ke level Rp14.800 per USD.
Melansir Bloomberg Dollar Index, Jumat 7 Spetember 2018, pukul 16.55 WIB, Rupiah pada perdagangan spot exchange menguat ke level Rp14.820 per USD.