close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Bursa Efek Indonesia (BEI) memeriksa laporan keuangan kuartal-I 2019 PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. / Garuda Indonesia
icon caption
Bursa Efek Indonesia (BEI) memeriksa laporan keuangan kuartal-I 2019 PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. / Garuda Indonesia
Bisnis
Selasa, 18 Juni 2019 12:48

BEI temukan kejanggalan baru dalam laporan keuangan Garuda Indonesia

Bursa Efek Indonesia (BEI) memeriksa laporan keuangan kuartal-I 2019 PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
swipe

Bursa Efek Indonesia (BEI) memeriksa laporan keuangan kuartal-I 2019 PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Direktur Penilaian BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan pemeriksaan ini merupakan rangkaian dari audit atas laporan kinerja keuangan perusahaan yang janggal pada 2018.

"Iya laporan keuangan triwulan I-2019 sedang diperiksa, karena menjadi bagian yang tidak terpisah. Jadi yang kita sampaikan, yang audited 2018 sama triwulan I-2019 itu menjadi bagian yang tidak terpisah. Makanya ada dua terminologi yang kami sampaikan," ujar Nyoman di gedung BEI, Jakarta, Selasa (18/6).

Nyoman mengungkapkan, dalam laporan keuangan 2018, transaksi piutang dengan Mahata Aero Teknologi diakui sebagai initial recognition atau pengakuan awal. Oleh sebab itu, pemeriksaan terhadap laporan keuangan triwulan I-2019 perlu dilakukan.

"Kan perjanjian kerja sama dengan Mahata dicatat sebagai piutang. Di perjanjian dikatakan bahwa cash wajib diterima di bulan Oktober," kata Nyoman.

Nyoman mengatakan, dalam laporan keuangan triwulan I-2019, BEI belum melihat adanya penerimaan cash dari Mahata ke Garuda hingga bulan April 2019. Pihaknya mempertanyakan hal tersebut ke Garuda.

Menurut Nyoman, pendapatan dari piutang itu seharusnya sudah tercermin dalam laporan keuangan Garuda kuartal-I 2019 dengan berkurangnya angka piutang Mahata ke Garuda.

Pada laporan keuangan GIAA kuartal I-2019, perjanjian kerja sama dengan Mahata masih tercatat sebagai piutang. Nominal piutang tersebut juga tidak berkurang dari laporan keuangan 2018, yaitu sejumlah US$239 miliar. Karena hal tersebut, tingkat kolektabilitas kerja sama ini dipertanyakan oleh bursa.

Sebelumnya, laporan keuangan Garuda Indonesia tahun 2018 menjadi polemik karena piutang dari Mahata senilai US$239,94 juta dimasukkan ke dalam pendapatan. Dengan cara demikian, emiten plat merah ini bisa mengantongi laba pada tahun buku 2018.
 

img
Annisa Saumi
Reporter
img
Laila Ramdhini
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan