close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
(kiri ke kanan) Chairman Organizing Committee IOG 2022, Mohammad Kemal, Wakil Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Usaha Hulu Migas (SKK Migas), Fatar Yani Abdurrahman dalam Konferensi Pers 3nd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2
icon caption
(kiri ke kanan) Chairman Organizing Committee IOG 2022, Mohammad Kemal, Wakil Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Usaha Hulu Migas (SKK Migas), Fatar Yani Abdurrahman dalam Konferensi Pers 3nd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2
Bisnis
Selasa, 15 November 2022 21:56

Kejar target lifting minyak 1 juta barel per hari, SKK Migas butuh investasi US$160 M

Diperlukan upaya kuat dalam meningkatkan iklim investasi minyak dan gas (migas) di Indonesia.
swipe

Wakil Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Usaha Hulu Migas (SKK Migas), Fatar Yani Abdurrahman mengatakan pihaknya mengejar target lifting minyak bumi Indonesia di tahun 2030 mencapai 1 juta barel per hari (BPH) dan 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD). Untuk mencapai target tersebut, diperlukan upaya kuat dalam meningkatkan iklim investasi minyak dan gas (migas) di Indonesia.

“Setidaknya perlu investasi hulu migas hingga US$160 miliar dalam kurun waktu 10 tahun mendatang hingga 2030,” ujar Fatar dalam Konferensi Pers 3nd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2022 (IOG 2022), Jakarta Pusat, Selasa (15/11).

Salah satu upaya yang dilakukan SKK Migas untuk mencapai target lifting adalah dengan menggelar konvensi 3nd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2022 (IOG 2022) pada 23 hingga 25 November 2022 mendatang di Bali, dan menjadi konvensi migas terbesar di Indonesia.

Pada konvensi ini nantinya kata Fatar akan fokus membahas upaya dalam meningkatkan iklim investasi migas, memperkuat kolaborasi dengan seluruh stakeholder, dan terus beradaptasi dengan transisi energi.

“Peran industri migas semakin signifikan seiring dengan komitmen Indonesia untuk mencapai target net zero emission (NZE) di tahun 2060. Sektor migas diharapkan dapat meningkatkan produksi dan mengurangi emisi secara bersamaan selama masa transisi, sehingga pertumbuhan ekonomi negara tetap positif,” tambah Fatar.

Fatar mengungkapkan Indonesia memiliki potensi yang menjanjikan bagi investor. Namun jika dari sisi pelaku usaha, Fatar bilang masih banyak isu klasik yang selama ini menjadi perhatian investor, antara lain perlunya perbaikan di bidang fiskal, kepastian hukum, kualitas data, dan ketersediaan infrastruktur.

“Faktor-faktor tersebut secara signifikan akan meningkatkan daya tarik investasi Indonesia untuk bisnis hulu migas,” ujarnya.

Berdasarkan hal tersebut, pemerintah terus mengupayakan peningkatan investasi di bidang hulu minyak dan gas bumi. Kebijakan yang dilakukan, yakni menawarkan terms and conditions penawaran wilayah kerja migas yang menarik bagi investor, perbaikan sistem perizinan, serta regulasi lainnya.

“Kami berharap dengan adanya Konvensi IOG 2022 ini, para pemangku kepentingan di industri migas dapat duduk bersama dan mencari solusi untuk meningkatkan iklim investasi migas ke depan, terutama jelang Indonesia Emas 2045,” tandas Fatar.

img
Erlinda Puspita Wardani
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan