close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi. Penggunaan dana desa. Alinea.id/Oky Diaz.
icon caption
Ilustrasi. Penggunaan dana desa. Alinea.id/Oky Diaz.
Bisnis
Senin, 24 Oktober 2022 20:02

Kemendes klaim jumlah desa sangat tertinggal tinggal 4.982

Tak hanya itu, desa tertinggal juga ikut mengalami penurunan menjadi 9.584 desa dari 33.592 desa.
swipe

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menyampaikan bahwa pembangunan desa masih terus berjalan meski dipengaruhi pandemi Covid-19.

“Pembangunan desa pada dasarnya tetap berjalan meski dipengaruhi pandemi Covid-19,” ujar Kepala Badan Pengembangan dan Informasi (BPI) Kemendes PDTT Ivanovich Agusta (Ivan) dalam webinar peta jalan pembangunan desa dan perdesaan di Jakarta, Senin (24/10).

Dia mengatakan, sejumlah desa mengalami peningkatan status menjadi desa maju dan desa mandiri.

Tercatat jumlah desa sangat tertinggal mengalami penurunan jumlah dari 13.453 desa pada 2015 menjadi 4.982 desa pada 2022. Tak hanya itu, desa tertinggal juga ikut mengalami penurunan menjadi 9.584 desa dari 33.592 desa.

Pada periode tersebut, desa berkembang bertambah dari 22.882 desa menjadi 33.902 desa. Desa maju bertambah dari 3.608 desa menjadi 20.249. Sementara desa mandiri bertambah dari 174 desa menjadi 6.238 desa.

Selain itu, Ivan juga menyampaikan bahwa ketimpangan ekonomi di desa tetap terjaga rendah seiring dengan prioritas pengalokasian Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) untuk penanggulangan kemiskinan di desa pada masa pandemi.

Dalam pemaparannya, dia menampilkan jumlah gini ratio (ketimpangan ekonomi) yang terus mengalami penurunan, yaitu dari 0,320 pada 2019 menjadi 0,315 pada 2021, dan 0,314 pada 2022.

"Jangan melihat bahwa kemiskinan di desa itu masih ada. Seandainya APBDesa tidak dialihkan untuk penanganan kemiskinan, maka kemiskinan di desa akan lebih tinggi jumlahnya," tuturnya.

Pun demikian, Ivan mengakui pembangunan fisik di desa cenderung melambat seiring dengan orientasi APBDesa yang dialihkan dari fisik kepada penanganan kemiskinan.

Sebagai contoh, dia menyebut pembangunan jalan aspal di desa selama periode 2014-2018 yang mengalami kenaikan di 6.907 desa. Namun, pada periode 2018-2021 hanya terdapat di 4.851 desa.

"Memang tetap ada pembangunan jalan, tetapi mengalami perlambatan selama Covid-19," lanjut Ivan.

Meski pembangunan infrastruktur di desa melambat, ekonomi digital di desa justru mengalami perbaikan. Hal tersebut ditampilkan melalui data logistik atau jasa pengiriman yang masuk ke desa.

"Pada 2014-2018, jasa logistik yang masuk hanya sebanyak 4.099 desa. Baru pada periode 2018-2021 mengalami peningkatan mencapai 5.829 desa," jelasnya.

img
Yohanes Robert
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan