Anggota Komisi V DPR, Sumail Abdullah, meminta Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melakukan evaluasi sebelum membangun bandara baru. Pangkalnya, beberapa bandara di daerah sudah tidak beroperasi lantaran minimnya frekuensi penerbangan.
"Ada banyak bandara-bandara kecil-kecil di beberapa kota-kota yang hari ini kurang juga berfungsi atau berperan karena minimnya penerbangan dan kurangnya penumpang. Tentu bandara-bandara ini perlu kita evaluasi sebelum juga kita membangun bandara baru," ucapnya dalam rapat di Kompleks Parlemen, Jakarta, pada Senin (10/7).
Dicontohkannya dengan Bandara Notohadinegoro di Jember, Jawa Timur, yang tidak lagi menyediakan penerbangan Jember-Surabaya dan sebaliknya menyusul kehadiran Bandara Banyuwangi. Pun demikian dengan Bandara di Purbalingga dan Sumatera Selatan yang kini justru menjadi arena balap liar.
"Bahkan [bandara] yang ada di Sumatera Selatan, ... nama Kabupaten Musi Banyuasin (Bandara , bandaranya begitu dibangun, justru dipakai untuk anak-anak trek-trekan, gitu," ungkapnya, melansir situs web DPR.
"Kalau kita memang sengaja mau bangun untuk lintasan sirkuit, ya, kita bangun lintasan sirkuit. Jangan kemudian kita bangun bandara, tapi kemudian tidak berfungsi dengan baik. Ini, kan, kurangnya kajian, kurangnya telaah. Saya kira, tidak perlu lagi terjadi di kemudian hari," imbuhnya.
Politikus Partai Gerindra itu juga menyoroti mahalnya harga tiket pesawat untuk penerbangan domestik. Sumail membandingkan harga tiket penerbangan Banyuwangi-Jakarta sekitar Rp1,5 juta hingga Rp1,7 juta, sedangkan harga tiket Surabaya-Malaysia hanya Rp800.000.
"Kami tahu [ada] komponen-komponen [yang memengaruhi harga tiket], [tetapi] tentu harus ada kebijakan Ibu [Dirjen Perhubungan Udar] dalam rangka bahwa Banyuwangi yang kita sudah cadangkan menjadi tujuan utama wisata, bukan hanya menjadi alternatif karena orang banyak mau berkunjung ke sana terhambat gara-gara tiket yang mahal," tuturnya.