Kekhawatiran pelemahan ekonomi Indonesia akibat pandemi Covid-19 telah membuat derasnya aliran modal asing ke luar atau capital outflow sejak Februari lalu. Tercatat hingga Juli 2020 masih terjadi capital outflow, sebesar Rp122,4 triliun.
Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman mengatakan, meski aliran modal asing ke luar dari surat berharga negara (SBN) masih tinggi, namun imbal hasil atau yield SBN justru membaik.
Yield SBN bertenor 10 tahun pada awal 2020 berada pada kisaran 7,03% dan pada Maret serta April, yield SBN sempat melonjak hingga mencapai 8%.
"Namun, sekarang sudah membaik mencapai 6,79%, dan yield SBN dengan tenor lima tahun sudah di 5,91%," katanya dalam video conference, Jumat (24/7).
Turunnya yield SBN pada bulan ini disebabkan oleh aksi agresif yang dilakukan bank domestik, dengan membeli SBN yang dilepaskan asing. Total hingga Juli bank telah membeli SBN senilai Rp248,68 triliun.
"Tanpa support asing pun, yield kita bisa membaik. Artinya support investor domestik dalam hal ini khususnya bank, cukup baik memberikan support kepada SBN," ujarnya.
Meskipun kepemilikan asing masih tinggi di SBN, yaitu dari sebesar 38,6% di awal tahun, dan sekarang tersisa 29,6%, namun aksi lepas modal di pasar SBN oleh asing ternyata tidak memengaruhi terhadap penurunan yield SBN.
"Asing itu masih net sell outflow Rp122,4 triliun, tetapi tanpa support asing, yield kita masih terus membaik dari awal tahun. Kita tahu ini belum stabil tetapi, support asing masih cukup strong meski jauh lebih rendah dari awal tahun," ucapnya.