Koperasi masih dipandang mampu memberikan harapan pengembangan sektor pangan termasuk perunggasan. Hal tersebut dibuktikan pada beberapa dekade lalu, dimana Koperasi Unit Daerah (KUD) pernah menjadi penyangga 80% stok pangan nasional.
Namun, berdasarkan data pemetaan potensi, koperasi peternakan mempunyai porsi yang sangat kecil, yaitu hanya sekitar 3%. Khusus untuk koperasi peternakan unggas, tercatat hanya tujuh koperasi yang aktif.
“Untuk itu, Kemenkop (Kementerian Koperakasi) akan terus mendorong dan mengembangkan koperasi pada bidang perunggasan,” ujar Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Zabadi Ahmad, dalam seminar virtual Poultry Indonesia dengan tema 'Mewujudkan Demokrasi Ekonomi dengan Jalan Peternak Berkoperasi', Senin (9/11).
Saat ini, sambung Ahmad, langkah kerja sama antarkementerian, lembaga, dan BUMN telah dilaksanakan. Bahkan, penyediaan dana oleh Lembaga Penyedia Dana Bergulir (LPDB) dapat diakses lebih mudah, dengan tujuan untuk mengembangkan dan mendorong koperasi di Indonesia termasuk koperasi perunggasan.
Sementara pengamat koperasi Suroto, pada kesempatan yang sama, menyampaikan bahwa sistem koperasi merupakan kunci dalam pembangunan ekonomi kerakyatan. Pasalnya, industri pangan Indonesia mengalami perkembangan yang sangat minim, dan justru sebaliknya dikuasai oleh korporasi besar.
Apalagi, sambung dia, dalam bidang perunggasan kekuatan korporasi telah menguasai segala lini. “Apabila koperasi digarap dengan baik dan serius maka dapat menjadi modular canggih yang bisa dimanfaatkan peternak unggas di Indonesia, agar dapat lepas dari ketergantungan terhadap cengkeraman korporasi ternak unggas kapitalis,” ujarnya.
Di forum yang sama, Suwardi sebagai Ketua Koperasi Peternak Unggas Sejahtera Kendal mengaku bahwa koperasi telah memberikan berbagai manfaat bagi banyak orang di daerahnya.
“Dengan berkoperasi, maka hal itu dapat memperpendek mata rantai distribusi, menjaga keseimbangan harga pasar, menjaga kecukupan stok kebutuhan jagung dan kosentrat untuk peternak, penyedia DOC atau pullet dengan harga terjangkau serta penyedia jasa angkutan pakan,” jelasnya.
Dalam menjalankan koperasi, Suwardi mengatakan bahwa ia banyak bermitra dengan berbagai pihak seperti petani atau gapoktan, bulog, pasar atau agen serta perusahaan-perusahaan terkait di bidang perunggasan.
Pada kesempatan itu, Farid Dimyati, Pemimpin Redaksi Majalah Poultry Indonesia mendorong perbaikan SDM dan manajemen koperasi.
“Koperasi harus jugamenuju ke arah industri, tetapi syaratnya koperasi harus mempunyai sumber daya manusia yang baik,” tuturnya.
Terkait tujuan dari webinar ini, Farid menyampaikan untuk memberikan informasi kepada publik mengenai manfaat dalam membentuk koperasi, kendala saat ini yang dihadapi oleh para peternak dalam berkoperasi, serta bagaimana strategi dalam mengembangkan peternak yang berkembang kepada kesejahteraan anggotanya.