close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi ekonomi hijau. Freepik
icon caption
Ilustrasi ekonomi hijau. Freepik
Bisnis
Selasa, 22 November 2022 17:09

Dukung ekonomi berkelanjutan, Kemenperin dorong efisiensi dan efektivitas sumber daya industri

Upaya tersebut diklaim membuahkan hasil seiring adanya penghematan energi 2021 sebesar Rp3,2 T dan penghematan air Rp169 T.
swipe

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) masih terus melakukan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya sebagai upaya mengembangkan industri ramah lingkungan dan berdaya saing global. Strategi ini juga diharapkan memberikan manfaat lebih besar kepada masyarakat.

"Kami telah menerapkan program industri hijau, yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan, sejalan dengan program Making Indonesia 4.0," kata Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, dalam keterangannya kepada Alinea.id, Selasa (22/11).

Meski tengah berjalan, upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya melalui program industri hijau diklaim telah membuahkan hasil. Dicontohkannya dengan penghematan energi pada 2021 mencapai Rp3,2 triliun dan penghematan air Rp169 triliun.

Dengan capaian tersebut, Agus berharap komitmen industri dalam memastikan keberlanjutan bisnis perusahaan dalam jangka panjang semakin menguat. Dus, industri hijau pada masa depan akan membuka jalan bagi transformasi menuju pembangunan industri yang berkelanjutan.  

"Selain green, pendekatan blue dan circular economy juga berpotensi menaikkan investasi dan memberikan keuntungan besar yang dalam implementasinya dapat menciptakan lapangan kerja baru, mengurangi sampah, dan tetap mendorong pertumbuhan ekonomi," tuturnya.

Industri manufaktur, contohnya, yang merupakan sektor padat karya, disebut bakal mengundang lebih banyak investor untuk menanamkan modalnya di Tanah Air apabila ditingkatkan lagi menjadi industri berkelanjutan.

Namun, diperlukan pula penyelarasan kebijakan perdagangan, investasi, dan industri dengan pencapaian pada tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs) untuk mencapai sasaran tersebut. Pemerintah berkomitmen mewujudkan target SDGs itu, termasuk mempromosikan keseimbangan pertumbuhan industri manufaktur dan pemberdayaan lingkungan.

"Investasi pada bidang green and blue economy diperlukan untuk mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan. Kemudian, perlu juga dukungan komprehensif melalui pengembangan sustainable financing dari sektor layanan finansial," ujar Agus.

Ihwal pengembangan pembiayaan berkelanjutan (sustainable financing), Managing Director The Spectrum Solutions Group (TSSG), Edward Y. Chang, mengungkapkan, pihaknya tengah mengkaji peluang ekonomi hijau dan ekonomi biru. Ini dilakukan sebagai dukungan terhadap pemerintah dalam menjajaki lebih banyak lagi proyek-proyek berkelanjutan pada masa mendatang.

Dengan demikian, pemerintah dapat mencapai agenda 2030 tentang pembangunan berkelanjutan. "Indonesia harusnya dapat menangkap peluang menjadi pemimpin di Asia dalam financing blue economy dan green economy," tuturnya.

Terlebih, Indonesia telah melakukan berbagai pertemuan dengan pemangku kepentingan dengan negara-negara G20 dan swasta. Dengan demikian, berpeluang menjalin kerja sama dengan negara-negara tersebut dalam memaksimalkan ekonomi berkelanjutan.

Sementara itu, sebagai knowledge partner The 1st Circular Economy Summit, TSSG saat ini menjajaki kerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terkait keberlanjutan dan ekonomi sirkular. "Kami berharap dapat bersinergi dengan BRIN untuk melakukan optimalisasi potensi ekonomi biru dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya," tutup Erdward.

img
Qonita Azzahra
Reporter
img
Fatah Hidayat Sidiq
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan