close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebutkan bahwa impor produk kosmetik masih terbilang tinggi.  / Antara Foto
icon caption
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebutkan bahwa impor produk kosmetik masih terbilang tinggi. / Antara Foto
Bisnis
Rabu, 03 Juli 2019 19:17

Kemenperin: Indonesia masih kebanjiran kosmetik impor

Nilai impor kosmetik Indonesia naik dari 2017 ke 2018.
swipe

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebutkan bahwa impor produk kosmetik masih terbilang tinggi. Airlangga mengakui hal ini menjadi salah satu tantangan yang perlu dicarikan solusinya.

“Hal ini dapat ditunjukkan dengan data impor kosmetik pada tahun 2018 sebesar US$850,15 juta meningkat dibandingkan tahun 2017 sebesar US$631,66 juta,” kata Airlangga di Jakarta, Rabu (3/7).

Menurut Airlangga, pemerintah terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan daya saing industri dengan menerbitkan kebijakan strategis yang dapat memperkuat struktur industri nasional.

“Pemerintah menyadari bahwa pembinaan industri farmasi, kosmetik dan jamu merupakan kerja sama lintas sektoral yang saling terintegrasi mengingat tantangan industri farmasi merupakan bahan baku yang masih diimpor,” kata Airlangga.

Sedangkan industri kosmetik dan jamu menghadapi banyaknya produk impor yang memasuki pasar dalam negeri, katanya.

Airlangga menambahkan, dalam pembinaannya, selain pemenuhan terhadap regulasi dari sisi kesehatan juga diperlukan fasilitasi atau pembinaan untuk menjamin standar dan kualitas produk.

“Kementerian Perindustrian tentunya tidak bisa jalan sendiri mengawal kebijakan industri tersebut,” tukas Airlangga.

Ia menegaskan, peran Kementerian/Lembaga terkait seperti Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sangat penting sebagaimana peran asosiasi dunia usaha sebagai mitra pemerintah dalam memberikan masukan serta evaluasi kebijakan kepada Pemerintah.

Diketahui, era industri 4.0 merupakan era transformasi digital yang akan menciptakan nilai tambah baru dalam industri farmasi dan kosmetik

Pemanfaatan teknologi dan kecerdasan digital mulai dari proses produksi dan distribusi ke tingkat konsumen (e-commerce) memberikan peluang baru guna dapat meningkatkan daya saing industri farmasi dan kosmetik dengan adanya perubahan selera konsumen dan perubahan gaya hidup.

“Kementerian Perindustrian juga tengah memfokuskan pengembangan pendidikan vokasi industri yang berbasis kompetensi, serta memiliki keterkaitan dan kesepadanan antara dunia pendidikan dengan dunia kerja, agar tenaga kerja lokal mampu bersaing,” katanya.

Airlangga Hartarto juga mengatakan pemerintah akan mendorong industri farmasi dan kosmetik menggencarkan melakukan sinergi riset dan pengembangan (RnD) mengingat masih banyak bahan baku yang belum dikembangkan.

“Indonesia unggul dengan keanekaragaman hayati baik yang berasal dari darat maupun laut. Beberapa belum banyak dikembangkan seperti ganggang laut, marine collagen yang potensial untuk dikembangkan di pasar lokal dan global,” kata Mdia.

Data BPS menunjukkan, pada triwulan I-2019, sektor industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional tumbuh sebesar 8,12 persen dengan nilai PDB sebesar Rp21,9 triliun.

“Segmen pasar kosmetik sangat menjanjikan, di mana segmen produk kosmetik, perawatan kulit, dan personal care diharapkan tumbuh pada angka 9 persen di tahun 2019, di mana pada tahun 2018 mencapai sekitar Rp50 triliun,” ujar Airlangga.

Saat ini, lanjutnya, postur dari industri kosmetika Indonesia adalah sekitar 95 persen merupakan industri dengan skala kecil dan menengah dan hanya 5 persen merupakan industri dengan skala besar.

Dari industri skala menengah dan besar ini, beberapa bahkan sudah mampu mengekspor produknya ke luar negeri seperti ke ASEAN, Afrika, dan Timur Tengah.

img
Laila Ramdhini
Reporter
img
Laila Ramdhini
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan