Kementerian Pertanian tengah mengembangkan teknologi Controlled Atmosphere Storage (CAS) di Kudus, Jawa Tengah untuk menyimpan hasil panen para petani agar tidak mudah rusak dan busuk.
Dirjen Hortikultura Kementan Suwandi menjelaskan tata kelola hasil hortikultura harus mendapat perhatian prioritas. Sebab, produk sayuran dan buah-buahan yang dihasilkan dari budaya tanaman ini rentan busuk dan susut. Karena itu, perlu diatasi dengan teknologi hilir, baik penanganan pada saat panen, pascapanen, pengolahan, penyimpanan, sortasi, dan lainnya.
"Kini sudah berkembang teknologi pascapanen dan pengolahan hasil hortikultura. Untuk hilirisasi produk bawang merah sedang dikembangkan industri pasta di Brebes. Di Kudus sudah dikembangkan teknologi Controlled Atmosphere Storage (CAS) untuk penyimpanan," ujar Suwandi dalam siaran persnya.
Dia juga mengatakan bahwa sebagai negara kepulauan, diperlukan gudang penyimpaman dalam skala besar di pelabuhan-pelabuhan besar. Stock pangan disimpan dalam gudang-gudang besar, dan siap didistribusikan di wilayah yang membutuhkan.
Dengan teknologi CAS ini, kata Suwandi, mampu menjaga susut kurang 10% dibandingkan penyimpanan biasa tanpa CAS yang mencapai 30% - 40%. CAS merupakan sarana penting untuk membantu mengurangi beban para petani holtikultura.
"Cocok untuk stabilisasi pasokan, yakni saat panen raya disimpan ke dalam CAS atau sejenisnya, dan dikeluarkan saat dibutuhkan," terangnya.
Sementara itu, Vice Plant Manager PT Pura Agro Mandiri mengatakan biaya penyimpanan CAS sebesar Rp 1.000 per kg perbulan, sudah memperhitungkan nilai investasi. Jika tanpa CAS, biayanya jauh lebih mahal.
Beberapa petani bawang merah dan juga BUMN juga telah menyimpan produk dan benihnya di dalam CAS, Kudus ini. Dengan CAS ini, pihaknya sudah menyimpan hasil panen sekitar 400 ton. Dirinya pun merasa beruntung dengan adanya fasilitas ini.
"CAS bisa menyimpan produk segar hingga 3-6 bulan, kualitas dan kesegaran tetap terjaga, dan susut bobot sangat rendah, kurang dari 10%," terangnya.
PT Pura juga mengembangkan industri olahan produk hortikultura dalam botol kemasan dan sachet, seperti bumbu-bumbu masak, cabai olahan, dan lainnya.
CAS ini berbeda dibandingkan cold-storage yang hanya berperan refrigerator mengatur temperatur. Disamping berperan sebagai refrigerator, CAS juga sebagai storage room, dilengkapi humidifies mengatur kelembaban, O2 dan CO2 absorber agar tetap hidup tetapi tidak tumbuh, kontrol N2, dan kontrol ethylene agar produk tidak busuk.
Pengusaha budidaya cabai dan bawang merah PT GMAL, Zee Agustina mengatakan bahwa selama ini prasarana penyimpanan menggunakan cold-storage dengan berbagai keunggulan dan kelemahannya, demikian pula dengan teknologi CAS ini. Perkembangan teknologi kian pesat.
“Kalau pengusaha sih selalu mencari pilihan prasarana yang paling praktis, efisien, dan sesuai kebutuhan skala usahanya,” ujar dia.
Di Kudus juga berkembang industri alat dan mesin pertanian (alsintan) skala kecil, yang menyediakan hingga 150 jenis alat seperti perontok jagung, pengayak tepung, pengayak kedelai, pengepres jerami pakan ternak, blower angin untuk kandang ayam, kultivator, dan lainnya.