Kementerian Pertanian (Kementan) tengah merancang pembentukan kampung hortikultura untuk meningkatkan daya saing produk hasil perkebunan di dalam negeri.
Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto mengatakan, pembentukan kampung hortikultura ini dimaksudkan agar varietas unggulan Indonesia dapat dikonsentrasikan di satu kampung sehingga mudah diakses.
Pasalnya, selama ini produk hasil perkebunan tersebut tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, sehingga untuk mengumpulkan besaran tertentu untuk kebutuhan ekspor memakan biaya dan waktu yang tak sedikit.
Dia mencontohkan, saat Indonesia mendapatkan permintaan manggis sebanyak 200 ton dari China. Sulit untuk memenuhi besaran tersebut karena lokasi tanamannya yang tersebar, di mana tiap kampung hanya mampu menyediakan 2 ton.
"Jadi tanamannya tersebar, ini yang buat daya saing kita itu lemah. Karena itu kita akan konsepkan dalam bentuk kampung-kampung hortikultura yang terkonsentrasi, one village one variety," katanya dalam FGD Pengembangan Hortikultura Berbasis Kemitraan yang diselenggarakan secara virtual, Kamis (29/7).
Prihasto menjelaskan, melalui program ini nantinya kampung-kampung ini akan diberikan pendampingan dan pengawalan dari hulu hingga hilir, mulai dari pemberian benih hingga pemasarannya.
"Kita akan fokus di sana untuk berikan benih bermutu, pengawalan, pendampingan, sampai pemasaran," ujarnya.
Adapun pada tahun ini ditargetkan terbentuk 1.345 kampung hortikultura yang mencakup di antaranya 199 kampung bawang merah, 100 kampung bawang putih, 197 kampung durian, 159 kampung alpukat, dan 40 kampung manggis.
Sementara itu, di 2022 ditargetkan terjadi pengembangan kampung hortikultura hingga menjadi 2.174 kampung, di antaranya 400 kampung bawang merah, 165 kampung aneka cabai, 250 kampung bawang putih, 100 kampung kelengkeng, 40 kampung tanaman obat, dan 57 kampung florikultura.