close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi. Pixabay
icon caption
Ilustrasi. Pixabay
Bisnis
Senin, 18 Oktober 2021 11:35

Kementan rilis aplikasi monitoring luas tanam dan produktivitas padi

Kementerian Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) merilis aplikasi SisCrop 2.0.
swipe

Indonesia memiliki luas baku sawah (LBS) sekitar 7,46 juta hektare yang  tersebar di seluruh provinsi di Indonesia, baik sawah irigasi maupun tadah hujan, sawah rawa, dan nonrawa. Produktivitas lahan sawah itu beragam. Informasi  produktivitas padi sangat penting dalam estimasi produksi padi, terutama kaitannya dengan kecukupan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Terkait itu, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) merilis aplikasi Sistem Informasi Standing Crop (SISCrop) 2.0 untuk memonitor lahan pertanian dan kondisi tanaman padi yang lebih akurat. Apakah lahan itu ditanami padi dalam fase vegetatif, generatif atau justru saat bera.

Kepala Balitbangtan Kementan Fadjry Djufri mengatakan, sebenarnya aplikasi ini sudah dikelola sejak 2020. Saat itu, SISCrop 1.0. Informasi yang didapatkan hanya sebatas standing crop. Pada SISCrop 2.0, sudah menggunakan citra satelit radar yang memungkinkan memonitor kondisi pertanaman secara baik, meskipun dalam kondisi berawan di seluruh Indonesia.

"Biasanya kalau kondisi berawan kurang begitu maksimal, karena tidak tembus awan. Dengan citra satelit berbasis radar, kita bisa memonitor dengan baik meskipun dalam kondisi berawan,” kata Fadjry dalam rilis SISCrop 2.0 pada Senin (18/10).

Fadjry Djufry menjelaskan, Kementan ingin apapun yang terkait data itu harus berbasis teknologi kekinian. Lewat Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP), Kementan sudah menjawab itu.

Ia yakin, terobosan ini akan membantu pemerintah, pengumpul data, dan semua pemangku kepentingan yang terkait data, termasuk otoritas perdagangan. Ia mengakui informasi terkait padi ini sensitif. Makanya, kata dia, Kementan harus bisa menjelaskan dengan baik, seperti apa produktivitas padi, seperti apa produksi, stok beras, dan gabah.

Menurut Fadjry, SISCrop 2.0 ini dapat mencapai populasi 100% karena bisa memonitor 7,4 juta hektare lahan sawah. Sudah tentu, dari sisi data seharusnya lebih baik. Akan tetapi, dia juga mengungkapkan kekurangan SISCrop 2.0..

“Model ini ada plus minusnya, tentunya update modeling harus tetap dilakukan, temasuk validasi data. Saya yakin semua tim yang terlibat akan terus meng-update terkait dengan hasil yang kita dapatkan ini," kata Fadjry.

Ia mengapresiasi hasil yang sudah dicapai saat ini. "Saya harapkan ke depan kita bisa terus bergandengan tangan, sehingga sektor pertanian bisa berkontribusi menyiapkan data terkait luas panen, luas tanam, termasuk produktivitas padi nasional. Ke depan juga kita harapkan bukan hanya padi, tetapi jagung, dan kedelai juga bisa demikian,” ujar Fadjry.

Selain itu, Fadjry Djufr juga berharap, dengan kerja sama yang baik antar pihak akan didapatkan akurasi yang jauh lebih baik. Ujung-ujungnya, data ini bisa men-support apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab Kementan.

Dengan teknologi yang sekarang, kata dia, paling tidak bisa dipotret di 10 kabupaten dan provinsi sudah terbaca dengan baik. Ini bisa dikoreksi, diperbaiki, dan dilengkapi bersama-sama dengan seluruh stakeholder. "Kita dibantu LAPAN juga, sehingga tentunya kita bisa menghasilkan sesuatu yang jauh lebih baik dari hari ke hari,” pungkasnya

Informasi produktivitas yang dianalisis dari beberapa model spesifik lokasi memiliki simpangan Root Square Mean Error (RSME) sebesar 0,17-0,27 ton/hektare dengan akurasi mendekati 80%. Pengembangan model fase tumbuh dan produktivitas tanaman padi ini akan terus diperbaiki untuk meningkatkan akurasinya. 

Ia memanstikan, informasi dalam SISCrop 2.0 akan sangat membantu dalam menetapkan luas tanam, luas panen, produktivitas, dan estimasi produksi padi nasional. Informasi tersebut sangat dibutuhkan Kementerian Pertanian dan kementerian/lembaga lain dalam perencanaan nasional, dan efisiensi pelaksanaan kegiatan strategis, terutama bagi Kementerian Pertanian, seperti alokasi berbagai bantuan benih, pupuk, pestisida, dan perencanaan irigasi. 

Informasi pada SISCrop2.0 divisualisasikan melalui peta interaktif secara spasial, data numerik berbentuk tabular dan grafik, yang diupdate setiap 15 hari. SISCrop 2.0 kini dapat diakses melalui web browser dan ke depan akan dapat diakses melalui mobile app.

img
Kania Nurhaliza
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan