Kementerian Investasi / Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merilis peta jalan hilirisasi investasi strategis. Peta jalan ini merupakan tindak lanjut arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mendorong transformasi ekonomi melalui hilirisasi dan industrialisasi sumber daya alam (SDA) di Indonesia.
Sekretaris Kementerian Investasi/BKPM, Ikmal Lukman mengatakan, penyusunan peta jalan ini telah berlangsung sejak Juni 2022 dengan membentuk Kedeputian Hilirisasi Investasi Strategis guna menunjang terealisasinya hilirisasi investasi berkualitas di Indonesia.
“Hilirisasi dan industrialisasi sumber daya alam merupakan salah satu dari lima agenda besar pemerintah Indonesia. Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, kita didorong untuk bisa menciptakan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkualitas melalui hilirisasi dan industrialisasi,” kata Ikmal dikutip dari keterangan resminya, Jumat (30/12).
Ikmal menambahkan, adanya hilirisasi diperkirakan akan membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas, meningkatkan ekspor, hingga akhirnya diharapkan bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.
Deputi Bidang Hilirisasi Investasi Strategis Kementerian Investasi/BKPM, Heldy Satrya Putera mengungkapkan, informasi peta jalan hilirisasi investasi strategis perlu disebarluaskan kepada seluruh stakeholder terkait seperti Kementerian/Lembaga (K/L), pemerintah daerah (pemda), pelaku usaha, asosiasi, dan akademisi. Ia menyampaikan, peta jalan ini terdiri dari delapan sektor yang memuat produk prioritas hilirisasi dari 21 komoditas yang dipilih berdasarkan beberapa kriteria.
“Terdapat delapan sektor hilirisasi yang ada di dalamnya, antara lain minyak bumi, gas bumi, mineral, batu bara, perkebunan, kehutanan, perikanan, dan kelautan. Kajian yang dimuat dalam peta jalan ini ada 7 aspek di antaranya terkait kebijakan, hulu, industri, rantai pasok dunia, infrastruktur kawasan, analisis risiko, dan rekomendasi kebijakan,” tutur Heldy.
Heldy bilang, untuk menentukan arah hilirisasi, maka dilakukan scoring atau penilaian. Sehingga, terdapat formulasi untuk mengetahui hilirisasi mana saja yang terbaik.
“Diharapkan peta jalan ini mampu memberikan proyeksi yang tepat bagi langkah yang akan diambil untuk pengembangan hilirisasi di Indonesia,” katanya.
Berdasarkan laporan Heldy, tren realisasi investasi menunjukkan perubahan yang cukup signifikan sejak dilaksanakannya hilirisasi di Indonesia. Transformasi ekonomi dari industri sektor primer ke industri berbasis nilai tambah sejak 2019 hingga 2021 menunjukkan industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya meningkat 90,7% dari Rp61,6 triliun menjadi Rp117,5 triliun.