close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi. Pixabay
icon caption
Ilustrasi. Pixabay
Bisnis
Sabtu, 02 Januari 2021 12:40

Kementerian Perhubungan akan bantu atasi biaya kargo

Kementerian Perhubungan telah menyiapkan sejumlah langkah untuk membantu kesulitan yang dialami industri pelayaran.
swipe

Pandemi Covid-19 telah membawa dampak pada kinerja seluruh sektor perekonomian, tidak terkecuali industri pelayaran. Biaya pengangkutan (freight) petikemas, atau biaya kargo, secara global, telah naik tajam.

Dirjen Perhubungan Laut R Agus H Purnomo mengatakan, kenaikan biaya tersebut berpengaruh pada upaya perbaikan kinerja industri pelayaran dan perekonomian nasional.

"Dampaknya, hampir di semua negara harga sea freight dengan kontainer naik signifikan, waktu pelayaran lebih lama, terjadi penumpukan kontainer di pelabuhan, dan bongkar muat di pelabuhan pun lebih lama," ujar Agus dalam keterangan resminya, Sabtu (2/1).

Untuk mengatasi hal tersebut, Kementerian Perhubungan telah menyiapkan sejumlah langkah untuk membantu kesulitan yang dialami industri pelayaran.

Pertama, lanjutnya, Kemenhub akan mengawasi percepatan proses bongkar muat, sehingga petikemas dapat segera didistribusikan dan kapal bisa berlayar kembali. Langkah kedua, Kemenhub juga akan mempercepat petikemas segera keluar dari pelabuhan, sehingga kontainer segera dapat kembali ke depo dengan cepat.

Agar langkah tersebut lebih efektif, Kementerian Perhubungan berharap kementerian dan lembaga negara terkait, melakukan percepatan yang sama.

"Kami imbau kementerian terkait bisa mendukung upaya yang dilakukan Kemenhub, yaitu mempercepat proses pengeluaran long stay container di pelabuhan," ucap Agus.

Adapun operator pelayaran jalur utama (main line operator-MLO) diharapkan, tetap dapat memberi ruang muat dari Indonesia, untuk tujuan ekspor. MLO diharapkan dapat menyediakan petikemas 40 High Cube.

"Berikutnya kami minta perusahaan pelayaran dalam negeri, khususnya yang tergabung dalam INSA, mengambil peluang untuk memanfaatkan ruang muat pelayaran luar negeri yang berkurang. Kami juga mengimbau perusahaan eksportir melakukan subtitusi dengan memakai peti kemas 20 feet," kata dia.

Sebagai informasi, sejumlah negara telah menjalankan kebijakan penutupan (lockdown) akibat pandemi, sejak awal tahun ini. Hal ini mengakibatkan terjadinya pembatasan pergerakan orang, barang, hingga pergerakan kapal. Tidak sedikit perusahaan pelayaran yang mengurangi kegiatan kapalnya, untuk menekan biaya operasional dan menstabilkan ongkos pengangkutan.

Adapun industri pelayaran global mulai menggeliat mulai Juli lalu, ketika China mulai menaikkan frekuensi ekspor. Hanya saja, aktivitas di China ini tak serta-merta memulihkan industri pelayaran global.

Pasalnya, pengiriman kontainer masih terbatas lantaran sejumlah negara masih menjalankan kebijakan penutupan (lockdown). Sumber daya manusia untuk menjalankan aktivitas bongkar muat pun masih terbatas, sehingga keterlambatan dalam pengiriman dan pengumpulan kontainer pun terjadi.

img
Annisa Saumi
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan