Kenaikan harga properti di tahun ini diperkirakan cenderung stagnan. Kalaupun ada peningkatan harga, masih dibayang-bayangi oleh tekanan.
Kepala Departemen Riset dan Konsultasi Savills Indonesia Anton Sitorus, memprediksi harga rumah pada tahun ini akan seperti tahun-tahun sebelumnya. "Gak ada alasan kuat buat developer menaikan harga. Mereka juga saat ini masih susah kok untuk menjual. Mereka bisa menjual rumah tanpa memberikan diskon aja sudah syukur,” tutur dia sat dihubungi alinea.id
Itulah sebabnya, pada saat ini masyarakat bisa melihat bagaimana kerasnya upaya pengembang dalam menjual proyek properti. Ada saja cara yang dilakukan untuk menarik minat pembeli. Mulai dari memberikan diskon hingga menawarkan promosi lainnya.
Investasi properti di 2018 tetap menarik menjadi alternatif portofolio. Namun demikian, tidak semua segmen masyarakat memiliki dana yang cukup untuk membeli rumah yang diinginkan. Termasuk dalam mengumpulkan uang muka atau DP. Untuk pengajuan pinjaman juga membutuhkan proses yang tidak semua orang bisa lolos verifikasi.
Menurut Komisaris Gradana Freenyan Liwang, masyarakat sejak dulu sangat teredukasi mengenai nilai properti yang selalu meningkat setiap tahun. Bagi kelompok menengah atas, mengalokasikan dana berlebih untuk membeli rumah, tanah dan apartemen untuk kemudian dijual lagi saat harga naik sangat lazim dilakukan.
“Persoalannya hanyalah pada daya beli sebagian besar masyarakat kita yang belum bisa berinvestasi pada properti. Bisa karena keterbatasan dana, bisa juga karena tidak ada alokasi budget. Apalagi untuk meminjam kredit membutuhkan banyak persyaratan administrasi,” tuturnya.
Sementara berdasarkan hasil survei Properti Residential yang diadakan Bank Indonesia, kenaikan harga properti residential masih berlanjut pada triwulan I /2018. Indeks Harga Properti Residential pada triwulan I 2018 diperkirakan meningkat 0,72% (qtq), lebih tinggi dibandingkan 0,55% (qtq) pada triwulan sebelumnya.
Kenaikan harga rumah diperkirakan akan terjadi pada semua tipe. Terutama rumah tipe kecil (1,22% qtq). Sementara berdasarkan wilayah, kenaikan harga rumah tertinggi diperkirakan masih terjadi di Bandar Lampung (4,76%, qtq).
Secara tahunan, harga properti residential diperkirakan mengalami kenaikan yang melambat dari triwulan sebelumnya. Pada triwulan I-2018, harga properti residential diperkirakan naik sebesar 2,98% (yoy). Lebih rendahdibandingkan 3,50% (yoy) pada triwulan IV-2017. Berdasarkan tipe bangunan, kenaikan harga rumah yang lebih rendah tersebut diperkirakan terjadi pada semua tipe rumah. Sementara itu, berdasarkan wilayah, kenaikan harga rumah tertinggi diperkirakan terjadi di Bandar Lampung (9,60%, yoy)
Cantika Adinda