Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Lana Soelistianingsih mengatakan, perbaikan infrastruktur digital dapat mengurangi biaya ekonomi tinggi. Pasalnya, salah satu penyebab inflasi adalah adanya biaya distribusi dan biaya perantara yang tinggi, terutama di sektor transportasi.
"Pemerataan digitalisasi secara spasial perlu terus didorong untuk menekan biaya ekonomi tinggi, kelancaran jalur distribusi barang pun perlu terus dijaga untuk menekan inflasi. Dan, dari hasil studi empiris, provinsi-provinsi dengan indeks digitalisasi yang tinggi diikuti tingkat inflasi provinsi yang rendah.” ujar Lana dalam keterangannya, Sabtu (11/3).
Lana mengatakan, inflasi masih menjadi tantangan saat ini, meskipun sudah mulai menurun. Ia menilai, kenaikan inflasi yang masih cukup tinggi berasal dari sektor transportasi dan makanan minuman (mamin).
Lebih jauh, Lana menjelaskan mengenai adanya optimisme konsumen yang cukup tinggi terhadap ekonomi. Ini ditunjukkan dari perbaikan konsumsi konsumen yang tercermin dari indeks keyakinan yang terus berada di level optimistis. Ia pun mengimbau, agar optimisme konsumen dan dunia usaha perlu terus dijaga untuk mendorong konsumsi dan investasi.
“Optimisme konsumen kelas bawah yang memiliki pendapatan Rp1-2 juta juga berada di level yang tinggi. Sementara, porsi pendapatan konsumen yang digunakan untuk konsumsi sekarang juga berada di atas rata-rata pandemi, dampak ketidakpastian terhadap aktivitas ekonomi domestik juga perlu dikelola dengan baik," tutur Lana.
Sebagai informasi, terkait perkiraan membaiknya kegiatan dunia usaha, hasil survei kegiatan dunia usaha terkini menunjukkan ekspektasi pelaku usaha tentang perbaikan aktivitas usaha di kuartal I-2023. Seiring dengan penguatan aktivitas usaha tersebut, indikator “job posting” ketenagakerjaan juga mulai menunjukan peningkatan.
Kemudian terkait membaiknya indikator konsumsi, konsumsi masyarakat pun semakin pulih karena para nasabah perorangan sudah kembali berbelanja. Selanjutnya, simpanan milik perorangan juga sempat naik dua digit YoY akibat pandemi, sekarang pertumbuhannya ternormalisasi ke angka 5% per Januari 2023.