PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) harus menelan pil pahit. Sebab, perusahaan plat merah tersebut mencatatkan kerugian bersih sebesar US$712,72 juta sepanjang semester I-2020.
Selain itu, beban usaha perseroan tercatat berkurang menjadi US$1,64 miliar, dibandingkan sebelumnya US$2,10 miliar. Direktur Utama (Dirut) Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra menyatakan, pandemi Covid-19 memberikan dampak signifikan terhadap kinerja perseroan. Dengan adanya pembatasan pergerakan dan penerbangan pada masa pandemi, rata-rata frekuensi penerbangan menurun drastis dari yang sebelumnya melayani lebih dari 400 penerbangan per harinya, menjadi hanya berkisar diangka 100 penerbangan per hari.
Selain itu, jumlah penumpang juga mengalami penurunan tajam hingga mencapai 90%. Namun, pihaknya terus memperkuat langkah pemulihan kinerja seoptimal mungkin agar perseroan dapat segera rebound dan memperoleh pencapaian kinerja yang semakin membaik.
"Fokus utama kami adalah mengupayakan perbaikan fundamental perseroan secara terukur dan berkelanjutan", kata Irfan, dalam keterangan resmi yang dikutip alinea.id, Minggu (2/8).
Irfan menerangkan, upaya pemulihan kinerja yang dilakukan Garuda Indonesia secara menyeluruh pada lini bisnis perseroan meliputi langkah optimalisasi pendapatan penumpang penerbangan berjadwal, layanan kargo udara, dan penerbangan charter.
Disamping itu, lanjutnya, perseroan turut menjalankan langkah strategis dari aspek pengelolaan biaya melalui upaya negosiasi biaya sewa pesawat, restrukturisasi utang, hingga implementasi efisiensi di seluruh lini operasional, untuk menyelaraskan tren supply & demand di masa pandemi ini.
Sepanjang semester I-2020, emiten berkode GIAA ini mencatatkan pendapatan usaha sebesar US$917,28 juta atau turun sebesar 58,18% year on year (yoy) dari periode sebelumnya sebesar US$2,19 miliar.
Capaian pendapatan usaha tersebut, ditunjang oleh pertumbuhan pendapatan penerbangan tidak berjadwal sebesar 392,48% menjadi US$21,54 juta dari periode sebelumnya sebesar US$4,37 juta.
Adapun, pendapatan penerbangan berjadwal tercatat sebesar US$750,25 juta. Sementara itu, Perseroan membukukan pendapatan lainnya sebesar US$145,47 juta.
"Pandemi Covid-19, mengantarkan industri penerbangan dunia berada pada titik terendahnya di sepanjang sejarah. Kendati berada di tengah situasi sulit, Garuda Indonesia optimistis dengan upaya pemulihan kinerja yang telah dilakukan dan dukungan penuh pemerintah, serta solidaritas stakeholder penerbangan, perseroan dapat terus bertahan dan kembali bangkit," tandas dia.