Keraguan masyarakat terhadap keamanan dan kemanjuran vaksin Covid-19 sudah berkurang. Salah satu buktinya adalah sebagian besar pedagang mau divaksinasi.
Sekjen Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia (Asparindo) Suhendro mengatakan sekitar 95% pedagang pasar di seluruh Indonesia sudah divaksinasi 1 dan 2.
Menurutnya, para pedagang pasar diinformasikan dan tahu bahwa vaksinasi itu perlu. Padahal di awal pandemi, ada begitu banyak informasi palsu tentang vaksinasi.
"Kemudian kami melakukan (vaksinasi) pilot di beberapa pasar, dan hari pertama banyak yang tidak datang. Baru pada hari ke 5 dan seterusnya, pedagang pasar baru mau melakukan vaksinasi. Ini terjadi karena hoaks yang memang sangat banyak sekali di awal-awal vaksinasi,” kata Suhendro, dalam Webinar Survei Keraguan & Kekhawatiran Masyarakat atas Vaksin Covid-19 Menurun, Rabu (26/1).
Secara umum tren positif tersebut membuat cakupan vaksinasi pada kalangan pedagang pasar membaik. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan cakupan vaksinasi pada survei tahap 1 (baru 32,4% responden yang melengkapi dosis vaksin kedua) dan survei tahap 2 (78,2% responden yang melengkapi dosis kedua) dari rangkaian Survei Informasi dan Kesediaan Vaksinasi Katadata Insight Center.
Penelitian ini merupakan kerja sama antara Katadata Insight Center, Katadatata.co.id dan Asosiasi Pengelola Pasar Indonesia (Asparindo) yang didukung oleh Google News Initiative untuk melawan hoaks seputar vaksinasi.
"Survei ini untuk memantau perilaku dan sikap pedagang pasar. Dilakukan dua kali, sebelum dan sesudah sosialisasi. Survei informasi dan ketersediaan vaksin Tahap 2 dilakukan terhadap pemasar yang diwawancarai oleh 1.061 orang dari seluruh Indonesia dengan menggunakan teknik non-probability sampling," tandasnya.
Manajer Riset Katadata Insight Center Vivi Zabkie mengatakan hanya tersisa kurang dari 10% yang tetap khawatir mengenai efektivitas vaksin dan efek sampingnya.
Pada survei yang dilakukan terhadap pedagang pasar basah pada November 2021 lalu ini juga tergambar jika persepsi akan keamanan dan keampuhan vaksin pun membaik.
“Ada peningkatan pada persentase pegadang yang menyatakan setuju jika vaksin efektif dan aman. Pada survei pertama (baseline) sebanyak 17,8% pedagang menyatakan ragu akan efektivitas vaksin. Namun setelah 5 bulan kami lakukan sosialisasi, berikan informasi yang benar serta melakukan cek fakta hoaks, yang ragu akan efektivitas vaksin menurun menjadi 6,6% saja,” ujar Vivi.
Dia menambahkan bahwa dia memantau persepsi keamanan dan kemanjuran KIC ini dan mengidentifikasi dampaknya terhadap kesiapan vaksinasi. Pada saat yang sama, studi ini juga mengukur ketersediaan vaksinasi untuk dealer.
“Jumlah orang yang ingin divaksinasi terus bertambah dan kami melihat (ada kecenderungan orang) berpikir ulang (setelah mendapat informasi yang benar). Akibatnya, tingkat vaksinasi pedagang juga meningkat. Sikap para pedagang ini, tampaknya mencerminkan sikap sosial secara umum," kata dia.
Kemudian terkait upaya vaksinasi dilakukan, sebagian telah mengedukasi tentang vaksin yang beredar soal haram atau tidaknya. Tetapi dari data terkumpul hanya 9,8% yang percaya vaksin mengandung zat yang haram.
“Kami memantau hoaks yang beredar, melakukan cek fakta hoaks tersebut, kemudian memberitahu pedagang fakta sebenarnya. Ini adalah upaya kami untuk berpartisipasi dalam dukungan imunisasi saja," tutup Vivi.