Keberadaan alat dan mesin pertanian (alsintan) sangat dibutuhkan untuk menopang keberlangsungan budidaya sorgum skala luas. Dari keseluruhan alsintan, mesin penyosoh dinilai paling penting.
Mesin penyosoh berfungsi untuk menghilangkan lapisan tanin yang melekat pada kulit biji sorgum. Tanin ini berasa pahit, seperti rasa sepat pada buah salak yang belum matang. Mesin penyosoh sorgum berbeda dari padi.
Menurut Pratama Budi Yuwono dari CV Mandiri Garlica, Kudus, Jawa Tengah, kehadiran mesin penyosoh biji sorgum sifatnya mutlak untuk budidaya skala luas. "Lapisan tanin harus dihilangkan dengan mesin penyosoh," kata Budi dalam sebuah diskusi daring belum lama ini.
Di luar itu, kata Budi, alsintan lain yang diperlukan adalah perontok biji-bijian. Ini digunakan ketika panen. Setelah biji dirontokkan, biji yang sudah lepas dari malai dialirkan ke mesin pembersih. Ini untuk menghilangkan debu-debu halus maupun batang-batang kecil yang terbawa.
"Lalu, biji dimasukkan ke dalam mesin pengayak atau mesin sortasi untuk memisahkan berdasarkan besar biji sorgum," kata Budi.
Setelah dari mesin sortasi, baru kemudian masuk ke mesin penyosoh biji sorgum. Proses selanjutnya adalah memasukkan ke mesin pengolahan, seperti mesin pengolahan tepung sorgum. Beberapa kelompok tani ada yang mengolah sorgum menjadi beras, tepung, gula, kecap, kopi bahkan teh.
Sebelumnya, Direktur Pembiayaan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian, Indah Megahwati mengatakan, hal paling utama dalam budidaya sorgum, terutama skala besar, adalah adanya kepastian offtaker dan alsintan mesin penyosoh.
"Saya mendengar keluhan itu ada di hilirnya. Karena sorgum ini bijinya ada semacam (kulit) arinya, itu yang susah (dipisahkan)," kata Indah.
Berharap Bantuan Alsintan
Kebutuhan alsintan untuk pengolahan biji sorgum dirasakan oleh Ayim Maulana. Anggota kelompok tani sorgum di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, itu mengaku alsintan yang dimiliki kelompoknya tidak memadai lagi. Akibatnya, permintaan beras sorgum tidak bisa mereka penuhi.
"Kita punya kapasitas mesin cuma 20 kilogram beras per hari. Untuk memenuhi kebutuhan lokal saja tidak mencukupi. Permintaan dari Batam semakin hari semakin meningkat. Yang jadi kendala (mesin pengolah) itu," kata petani yang sudah membudidayakan sorgum sejak 2019 itu.
Ia berharap pemerintah memberikan bantuan alsintan yang bisa digunakan memenuhi permintaan pasar lokal. Bahkan internasional. Dengan cara itu, ia berharap budidaya sorgum di daerahnya semakin berkembang dan maju.
Ayim menjelaskan, selain mesin penyosoh, pihaknya memerlukan mesin penepung, perontok, dan mesin pencacah. Selain itu, lanjutnya, pihaknya juga berharap pemerintah memberi solusi agar pada saat panen sorgum di musim penghujan hasil panen tidak rusak karena kelembaban tinggi.
Ia menceritakan, petani pernah memanen sorgum di Desember 2020. Saat ini tengah hingga pertengahan Januari 2021. Karena tidak bisa mengeringkan dengan sinar matahari, biji sorgum berkecambah di karung.
"Sorgum ini riskan sekali kalau tidak kering. Bahkan bisa berkecambah di pohon kalau hujannya terlalu banyak," kata Ayim.