close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Emiten BUMN PT Kimia Farma (Persero) Tbk. (KAEF) menggelar aksi korporasi penerbitan saham baru dengan target Rp3 triliun. / Perseroan
icon caption
Emiten BUMN PT Kimia Farma (Persero) Tbk. (KAEF) menggelar aksi korporasi penerbitan saham baru dengan target Rp3 triliun. / Perseroan
Bisnis
Kamis, 19 September 2019 00:52

Kimia Farma rights issue Rp3 triliun

Emiten BUMN PT Kimia Farma (Persero) Tbk. (KAEF) menggelar aksi korporasi penerbitan saham baru dengan target Rp3 triliun.
swipe

Emiten BUMN PT Kimia Farma (Persero) Tbk. (KAEF) menggelar aksi korporasi penerbitan saham baru dengan target Rp3 triliun.

Perusahaan farmasi pelat merah ini akan menerbitkan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue setelah mendapatkan izin dari pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Rabu (18/9).

Direktur Utama Kimia Farma Verdi Budidarmo mengatakan Kimia Farma akan menerbitkan 1,5 miliar lembar saham baru dalam aksi rights issue tersebut.

"Untuk harga sedang dilakukan kajian, tapi dana yang diincar kurang lebih Rp3 triliun," kata Verdi dalam paparan publik di Jakarta, Rabu (18/9).

Dana right issue tersebut nantinya akan digunakan perseroan untuk modal kerja dan pengembangan usaha perseroan.

Untuk pengembangan usaha, Verdi mengatakan perseroan telah memiliki sejumlah rencana. Pertama, Kimia Farma akan melakukan transformasi retail yang membutuhkan dana hingga Rp300 miliar.

"Kedua, adalah pengembangan dari bahan baku obat. Kurang lebih kami masih butuh sekitar Rp1,9 triliun," ujar Verdi.

Pengembangan bahan baku obat ini dilakukan perseroan agar bisa menekan jumlah bahan baku impor untuk produksi obat-obatan Kimia Farma. Sebab, lanjut Verdi, selama ini Kimia Farma masih mengimpor 90% bahan baku obat-obatan mereka.

Verdi pun menargetkan dengan beroperasinya pabrik produksi obat-obatan di Cikarang, bisa menekan jumlah impor bahan baku yang tadinya 90%, menjadi 75% saja.

"Targetnya tahun depan masih relatif kecil, kurang lebih di angka 3%-5%," tutur Verdi.

Selain itu, dana right issue tersebut juga akan digunakan Kimia Farma untuk melakukan refinancing sebesar Rp1 triliun, dan pengembangan hal lain-lain sebesar Rp1 triliun.

Dengan aksi korporasi ini, Verdi berharap nantinya akan ada investor baru yang masuk melalui skema ini. Terkait dengan perubahan porsi kepemilikan saham pemerintah akibat right issue ini, Verdi berujar KAEF masih menunggu keputusan dari pemegang saham seri A.

Sementara itu, Deputi Kementerian BUMN bidang Agro dan Farmasi Wahyu Kuncoro mengatakan pihaknya bersama dengan penasihat keuangan masih menganalisis apakah dengan adanya right issue ini akan membuat saham milik Holding Farmasi Bio Farma berkurang di Kimia Farma.

"Proses right issue-nya masih panjang juga. Tapi memang Kimia Farma ini butuh pengembangan," ujar Wahyu.

Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir pun mengatakan masih menunggu langkah pemerintah selanjutnya, apakah akan ikut berpartisipasi dalam right issue atau murni diambil oleh pasar.

"Tujuannya right issue ini kan untuk memperbesar akses ke pasar, karena sekarang KAEF yang di-floating kan baru 9,8%. Dengan ini diharapkan kepemilikan publik jadi lebih banyak," kata Honesti.

Kepemilikan saham KAEF saat ini terdiri dari 90,02% digenggam oleh pemerintah, sebesar 5,43% milik publik, dan sisanya 4,54% dikempit oleh PT Asabri (Persero) per 30 Juni 2019.

Pada perdagangan Rabu (18/9), saham KAEF ditutup terkoreksi tipis 0,33% sebesar 10 poin ke level Rp2.980 per lembar. Kapitalisasi pasar saham KAEF mencapai Rp16,55 triliun dengan imbal hasil 29,05% dalam setahun terakhir.

img
Annisa Saumi
Reporter
img
Sukirno
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan