Kinerja PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (BRI Agro) sedikit tertekan sepanjang semester-I 2020, tetapi masih dapat menunjukkan pertumbuhan. Hal tersebut dapat terlihat dari peningkatan total aset sebesar 5,50% secara year on year dari sebesar Rp24,82 triliun pada posisi 30 Juni 2019 (unaudited) menjadi sebesar Rp26,18 triliun pada posisi 30 Juni 2020 (unaudited).
Sekretaris Perusahaan BRI Agro Hirawan Nur Kustono, mengatakan, pertumbuhan total aset tersebut terjadi karena adanya peningkatan penyaluran kredit yang dilakukan oleh perseroan. Kontribusi sektor agribisnis yang menjadi fokus perseroan sampai dengan posisi 30 Juni 2020, adalah salah satu penopang pertumbuhan penyaluran kredit perseroan.
"Porsi penyaluran kredit kepada sektor agribisnis sendiri tercatat sebesar 56% dan 44% ke sektor nonagribisnis. Di mana sebagian besar kredit disalurkan kepada komoditas sawit. Total kredit yang disalurkan (KYD) pada posisi 30 Juni 2020 mampu tumbuh sebesar 9,17% secara year on year dari sebesar Rp17,58 triliun pada posisi 30 Juni 2019 (unaudited) menjadi sebesar Rp19,19 triliun pada posisi 30 Juni 2020 (unaudited)," papar dia dalam keterangan tertulisnya, Rabu (26/8).
Penyaluran kredit terbagi kedalam tiga segmen bisnis, yakni segmen menengah, ritel dan konsumer. Segmen yang mendapatkan porsi penyaluran kredit terbesar, adalah segmen bisnis menengah dengan total penyaluran kredit sampai dengan 30 Juni 2020 adalah sebesar Rp13,43 triliun. Menyusul segmen bisnis ritel sebesar Rp4,65 triliun dan segmen bisnis konsumer sebesar Rp1,12 triliun.
Seiring dengan pertumbuhan penyaluran kredit, total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perseroan meningkat sebesar 11,43% secara year on year, dari sebesar Rp18,91 triliun pada posisi 30 Juni 2019 (unaudited) menjadi sebesar Rp21,07 triliun pada posisi 30 Juni 2020 (unaudited).
Kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan DPK, adalah produk giro yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 27,12% secara year on year. Kemudian disusul oleh produk tabungan yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 25,13% secara year on year dan produk deposito yang tumbuh sebesar 9,07% secara year on year.
Selain itu, tingkat likuiditas BRI Agro tetap terjaga. Di mana rasio LDR berada pada level 91,10% serta GWM primer yang berada pada level 3,15% dan GWM sekunder mencapai 8,17% pada triwulan II-2020.
"Perseroan menyambut baik dengan kebijakan penurunan GWM, sehingga mendapat tambahan likuiditas perseroan pada masa pandemi ini," ucap dia.
Selain itu, terdapat kenaikan pembentukan biaya CKPN sebesar 44,3% (yoy) dikarenakan kenaikan NPL. Hal tersebut memengaruhi perolehan laba bersih pada posisi 30 Juni 2020 (unaudited) menjadi sebesar Rp20 miliar atau menurun sebesar 74,5% (yoy).
Kenaikan NPL gross pada posisi 30 Juni 2020 (unaudited) sebesar 8,33% dibandingkan dengan periode sebelumnya pada posisi 30 Juni 2019 (unaudited) sebesar 4,43%, dikarenakan adanya pemburukan kualitas kredit. NPL net pada posisi 30 Juni 2020 (unaudited) sebesar 3,63% meningkat, apabila dibandingkan pada periode sebelumnya pada posisi 30 Juni 2019 (unaudited) sebesar 3,25%.
Kendati begitu, berdasarkan sisi ekuitas, BRI Agro masih ditopang dengan permodalan yang cukup kuat. Di mana pada posisi 30 Juni 2020 (unaudited) rasio Tier-1 CAR sebesar 22,61% dan total CAR sebesar 22,21%, atau melebihi ketentuan minimum yang dipersyaratkan OJK.