close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Kinerja keuangan emiten yang tergabung dalam Indeks LQ-45 pada kuartal II-2019 melambat bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. / Antara Foto
icon caption
Kinerja keuangan emiten yang tergabung dalam Indeks LQ-45 pada kuartal II-2019 melambat bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. / Antara Foto
Bisnis
Senin, 05 Agustus 2019 18:14

Kinerja keuangan emiten LQ-45 melambat

Kinerja keuangan emiten yang tergabung dalam Indeks LQ-45 pada kuartal II-2019 melambat bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
swipe

Kinerja keuangan emiten yang tergabung dalam Indeks LQ-45 pada kuartal II-2019 melambat bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

Indeks LQ-45 adalah saham-saham paling likuid di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terdiri dari 45 emiten dengan kriteria tertentu. Salah satu kriterianya adalah memiliki kondisi keuangan, prospek pertumbuhan, dan nilai transaksi yang tinggi.

Kepala riset PT Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya mengatakan hingga 4 Agustus 2019 sebanyak 35 emiten dalam indeks ini mempublikasikan laporan keuangan mereka. Sekitar 60% dari emiten-emiten ini melaporkan kinerja keuangan masih sejalan dengan target 2019 dan lebih baik dari perkiraan. 

"Tetapi, angka ini lebih rendah daripada kuartal I-2019, ketika 70% emiten menunjukkan kinerja yang baik," kata Hariyanto dalam risetnya, Senin (5/8).

Pendapatan emiten-emiten yang berada di indeks ini juga menurun 2,4% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal II-2019 karena melambatnya pertumbuhan pendapatan dan menurunnya laba bersih emiten-emiten tersebut.

Kontributor terbesar merosotnya pendapatan emiten LQ-45 disebabkan oleh kinerja PT Astra International Tbk. (ASII) yang tercatat mengalami penurunan pendapatan sebesar 15,1% yoy atau Rp816 miliar pada kuartal II-2019.

"ASII membukukan pendapatan kuartal II-2019 yang lemah dengan kinerja buruk di hampir semua lini bisnisnya, yakni otomotif, alat berat dan pertambangan, pertanian, dan lainnya, kecuali untuk layanan keuangannya," tulis Hariyanto.

Berkebalikan dengan ASII, kinerja PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) membukukan pendapatan terbaik karena pertumbuhan kredit yang solid, peningkatan margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM), fee-based income yang tumbuh stabil, dan biaya kredit yang dapat dikelola.

Untuk diketahui, bank milik orang terkaya Indonesia, Michael dan Robert Budi Hartono itu meraup laba bersih Rp12,9 triliun pada semester I-2019. Capaian itu tumbuh 12,6% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp11,4 triliun.

Selain BBCA, sebagian besar emiten LQ-45 yang berada pada sektor consumer goods juga mencatatkan pertumbuhan pendapatan double digit pada kuartal II-2019. Sektor ini tumbuh 17,5% yoy pada kuartal II-2019 dibandingkan dengan kuartal I-2019 yang tumbuh hanya 9,5%.

"PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) menjadi emiten yang mencatatkan pertumbuhan pendapatan tahunan terbesar berkat pertumbuhan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) dan Bogasari," ujarnya.

Mirae pun merekomendasikan saham-saham domestik yang bersifat defensif dengan pertumbuhan pendapatan yang layak untuk bulan Agustus ini. Saham-saham tersebut adalah ICBP, INDF, KINO, KLBF, MAPI, UNVR, BBCA, dan BBRI.

Indeks LQ-45 pada penutupan perdagangan Senin (5/8) ambrol 3,24% sebesar 32,68 poin ke level 975,75. Sejak awal tahun, Indeks LQ-45 telah terkoreksi 0,71%.

img
Annisa Saumi
Reporter
img
Sukirno
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan