close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Kantor Laku Pandai Rumah Sahabat Desa Kuningan Barat.(Gema Trisna Yudha/Alinea)
icon caption
Kantor Laku Pandai Rumah Sahabat Desa Kuningan Barat.(Gema Trisna Yudha/Alinea)
Bisnis
Jumat, 25 Januari 2019 14:18

Kisah Elawati mengajak masyarakat desa di Kuningan melek finansial

Elawati berhasil mengajak sekitar seribu orang di wilayahnya menjadi nasabah Laku Pandai.
swipe

Sudah sekitar enam bulan terakhir Elawati bekerja kantoran. Setelah menyelesaikan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga, sekitar pukul 07.00, ia berangkat menuju kantor Rumah Sahabat Desa Kuningan Timur, Jawa Barat. Ia menjabat sebagai manajer unit di kantor itu.

Perempuan 41 tahun yang kerap disapa Ela itu hanya mengantongi ijazah SMP. Kondisi keuangan keluarganya, membuat Ela kecil harus meninggalkan bangku sekolah saat duduk di kelas 2 Sekolah Menengah EKonomi Atas (SMEA). Ia kemudian membantu keluarganya mencari nafkah.

Pada 2015, dengan bantuan seorang kenalannya, Ela menjadi agen Laku Pandai, program Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif yang digagas Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ia dipekerjakan oleh Rumah Sahabat Desa, yang berada di bawah naungan PT Danarta Group, perusahaan mitra salah satu bank yang ditunjuk OJK melaksanakan program Laku Pandai.

Agen Laku Pandai menjadi perantara bank untuk memberikan literasi finansial bagi masyarakat desa, agar dapat membuka rekening tabungan, menabung, menarik, atau mentransfer dana.

Mengutip data di laman ojk.go.id, pada 2015 ada enam bank yang digandeng OJK untuk menjalankan program ini, yaitu Bank Mandiri, BRI, BTN, BTPN, dan BCA. Hingga September 2018, jumlahnya meningkat menjadi 27 bank umum konvensional, dan 2 bank syariah.

Sebagai agen, tugas utama Ela adalah memberikan edukasi finansial pada masyarakat. Dari situ, diharapkan masyarakat yang telah diberi edukasi dapat menjadi nasabah dan mau membuka rekening tabungan Laku Pandai.

Dalam menjalankan tugasnya, para agen dibekali dengan sebuah mesin berbasis Android, yang bentuknya mirip mesin Electronic Data Capture (EDC). Lewat mesin itu, seorang agen melakukan input data calon nasabah, dan melakukan transaksi. 

Nasabah yang telah melakukan registrasi, akan dibekali kartu yang berfungsi layaknya kartu ATM. Kartu tersebut digunakan saat menyetor atau menarik uang tabungan melalui mesin tersebut.


Kartu ATM dan mesin Laku Pandai.

Ela dibayar Rp4.000 untuk setiap edukasi yang dilakukan pada seorang calon nasabah. Ia juga mendapat Rp1.800 untuk setiap nasabah yang bergabung. Jika dalam satu bulan ia berhasil mengajak 30 orang untuk menjadi nasabah, ia akan mendapat bonus senilai Rp500.000.

Selain itu, agen Laku Pandai juga mendapatkan tambahan pendapatan lain. Ia akan mendapat Rp1.200 setiap kali nasabah menabung minimal Rp20.000 dan Rp1.000, untuk setiap penarikan berapa pun nilainya. 

Penghasilan yang dibayarkan kepada agen, tidak dipotong dari dana nasabah. Tak ada potongan sama sekali untuk transaksi yang dilakukan, bahkan nasabah dapat menarik seluruh uang yang tersimpan hingga nol rupiah.

Karena pendapatannya ditentukan oleh kinerja, Ela pun rajin bekerja. Menggunakan sepeda motor, Ela mulai berkeliling memperkenalkan Laku Pandai dari pukul 7.00 hingga 17.00 sore. Tak tanggung-tanggung, Ela berkeliling di lima desa di wilayah Kuningan Timur, yaitu Kutaraja, Maleber, Parakan, Cikahuripan, dan Kutamandarakan. 

"Karena kalau agen gajinya enggak ditentukan, gimana kinerja. Kalau kinerja bagus, gajinya bagus oge. Waktu itu saya beberapa bulan selalu dapat Rp5,8 juta," kata Ela ditemui di Universitas Kuningan, Kuningan, Jawa Barat, belum lama ini.

Gampang-gampang susah

Menurut Ela, mengajak masyarakat desa untuk membuka rekening dan menabung di bank merupakan perkara gampang-gampang susah. Padahal di Laku Pandai, masyarakat mendapat lebih banyak kemudahan, seperti tak ada minimal dana setor awal, tak perlu ke bank, karena juga tak ada bank yang dekat, bebas biaya, dan tak ada dana yang harus diendapkan.

Namun masyarakat tak yakin dengan segala kemudahan yang ditawarkan. Mereka menduga Laku Pandai semacam program investasi bodong, yang akan melenyapkan uang mereka yang tak seberapa.

Namun hal itu tak menyurutkan usaha Ela. Setiap hari ia berkeliling ke lima desa tersebut, memberikan pemahaman finansial, dan mengajak masyarakat untuk menjadi nasabah Laku Pandai. Selain menemui orang per orang, ia tak jarang menemui tokoh daerah setempat agar difasilitasi memberikan literasi finansial bagi warganya. Hasilnya, ia mengaku telah menjaring lebih dari 1.000 orang nasabah sejak 2015 hingga pertengahan tahun lalu. 

Jika sebelumnya ia harus hilir mudik mencari nasabah, saat ini ia justru yang dicari-cari. Terutama di lima desa tersebut, Ela banyak dikenal masyarakat.

"Sekarang mah saya kaya selebritis," kata Ela.

Menurutnya, saat ini telah banyak masyarakat yang berminat untuk menjadi nasabah. Bahkan, kata dia, ada keluarga yang seluruh anggota keluarganya menjadi nasabah Laku Pandai melalui Ela. Ada juga suami atau istri yang secara sembunyi-sembunyi menabungkan uangnya pada Ela. 

"Ada bapak-bapak yang nabung ke saya, bilang "Teh, jangan bilang-bilang istri saya ya, kalau saya nabung di sini." Eh, ibunya juga bilang, "jangan bilang ke suami saya"," kata Ela sambil tertawa.

Ela tak mengambil pusing hal seperti ini. Selain bukan urusannya, ia fokus pada pekerjaannya untuk memberikan edukasi finansial dan menjaring nasabah.

Tak cuma mendapat pemasukan yang lebih besar dari penghasilannya sebelum ini, kerja keras Ela diganjar promosi jabatan. Ia diangkat menjadi manajer unit Rumah Sahabat Desa dan membawahi agen di wilayahnya di Kuningan Timur.

Posisi tersebut sejatinya diperuntukkan bagi yang telah memegang ijazah S1. Kinerja Ela selama ini memberinya pengecualian. Namun karena menjadi syarat administrasi, ia tetap diminta untuk kembali ke bangku sekolah dan mendapatkan ijazah S1.

"Saya sudah ikut Paket C (ujian nasional untuk mendapat ijazah setara SMA), sekarang kuliah ngambil perbankan," katanya.

Azizah Nur Basalamah, manajer unit Rumah Sahabat Desa Kuningan Barat, menjelaskan seorang manajer bertugas untuk membina agen yang betugas di wilayahnya. Merekalah yang mengajari para agen bagaimana caranya memberikan edukasi finansial, menerima permohonan pembukaan rekening, hingga melakukan transaksi. Manajer unit, harus memastikan para agen memiliki kinerja yang bagus.

Berbeda dari agen, seorang manajer unit mendapat gaji tetap tiap bulannya. Nilainya lumayan, beberapa kali lipat Upah Minimum Kabupaten (UMK) Kuningan 2019.

"Gaji tiap manajer juga bisa enggak sama, itu dinilai setahun sekali, tergantung achievmentnya. Nanti penilaiannya, misalnya, menghasillkan berapa agen, berapa agen yang produktif, berapa nasabah agennya, berapa peserta edukasi, itu selama setahun. Kalau bagus semua, naik gajinya bisa 50%," kata Azizah menjelaskan.

Dia menyebut ada 146 orang agen yang aktif di wilayahnya. Per Desember 2018 lalu, mereka berhasil menjaring 569 nasabah baru Laku Pandai.

Menurutnya, banyak masyarakat yang merasa terbantu dengan Laku Pandai. Selain dapat menabung dan menarik dana hingga minimal Rp1.000, mereka juga dimudahkan karena bank yang seolah mendatangi mereka. 

Chief Executif Officer (CEO) Rumah Sahabat Desa, Teguh Aaron Munir mengatakan, pihaknya tengah mengembangkan Rumah Sahabat Desa agar dapat lebih memberdayakan masyarakat desa. Salah satunya adalah membuka Warung Desa dengan menggandeng e-commerce besar untuk bekerja sama di dalamnya.

Dengan ini, masyarakat desa dapat memasarkan produk UKM yang mereka hasilkan melalui e-commerce ke seluruh Indonesia. Selain itu, mereka juga dapat membeli produk e-commerce melalui Warung Desa. 

Di antara e-commerce yang saat ini telah dijajaki adalah Blibli dan Tokopedia. Menurutnya, saat ini e-commerce yang ada belum dapat menjangkau masyarakat di wilayah perdesaan. Aaron menyebut, Marketshare Fast Moving Consumer Goods (FMCG) atau kebutuhan harian pada e-commerce yang ada saat ini, baru mencapai 3,6% saja. Dengan kata lain, 96,4% lainnya belum tersentuh belanja daring.

"Kami ingin ajak lebih banyak perusahaan untuk masuk desa. Penginnya kami jadi super apps, karena di riset terakhir, yang single function sudah mulai ditinggalkan," ucap Aaron.

img
Gema Trisna Yudha
Reporter
img
Gema Trisna Yudha
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan