Sebagai upaya membangkitkan raksasa ekonomi yang tengah tertidur ini, Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas daratan sebesar 1.922.570 km2 dan luas perairan mencapai 3.257.483 km2, Indonesia belum mampu menggarap potensi perikanan secara optimal. Padahal, berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada 2020, potensi ekonomi perikanan dan kelautan Indonesia mencapai US$1.388 miliar per tahun. Salah satunya dikarenakan tingkat konsumsi ikan masyarakat yang belum tinggi.
Rektor IPB Arif Satria menguraikan, peningkatan sumber daya manusia (SDM) Indonesia sangat ditentukan oleh pola konsumsi. Karena itu harus terus meningkatkan konsumsi ikan per kapita agar kualitas SDM Indonesia benar-benar unggul, memiliki kecerdasan dan skil yang diperlukan untuk merespon masa depan.
“Sangat penting memikirkan jangka panjang SDM Indonesia. Kita berada dalam satu kondisi di mana ada mega disruption, climate change, revolusi industri 4.0, dan pandemi Covid-19. Oleh karena itu, kita harus menciptakan SDM yang benar-benar bisa merespon itu sebagai seorang pembelajar yang cepat, lincah dan andal,” terangnya, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (9/11).
Dengan fokus pada konsumsi makanan bergizi, khususnya ikan, dapat membantu meningkatkan kualitas SDM Indonesia yang unggul.
“Kita pun dituntut untuk bisa terus menjaga keberlanjutan sumber daya ikan. Sumber daya ikan kita sangat-sangat beragam, sangat-sangat kaya, dan sangat penting sekali dikelola dengan lestari menggunakan prinsip-prinsip berkelanjutan dan bersifat inklusif yang artinya membuka akses bagi maysrakat untuk mengelola. Karena, kunci peningkatan konsumsi ikan per kapita bagaimana kita bisa meningkatkan dan menyediakan persediaan ikan untuk dikonsumsi,” ucapnya.
Industri pengolahan juga berperan andil menyajikan ikan dalam aneka bentuk yang sehat, cepat saji, dan nyaman untuk konsumen.
“Kita tidak perlu memperkenalkan produk ikan beku, fresh (segar), atau olahan. Semua penting untuk dikonsumsi. Tugas kita bagaimana menyediakan ikan-ikan dalam bentuk hidup, segar, beku, asin, kaleng, dan aneka proses lainnya,” tutur Arif.
Sementara Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP Artati Widiarti mengatakan, potensi lestari sumber daya ikan nasional sebesar 12,54 juta ton/tahun dari perikanan umum dan laut, belum termasuk perikanan budi daya.
“Kelimpahan sumber daya ikan ini dapat didayagunakan sebagai penggerak ekonomi nasional, penyedia lapangan kerja, penghasil devisa serta menjadi sumber pangan dan gizi nasional,” ujarnya pada pembukaan FINA 2021 secara online, Selasa (9/11).
Sejak 2004, KKP telah melaksanakan Program Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) yang bertujuan meningkatkan konsumsi ikan masyarakat Indonesia dalam rangka mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sekaligus menguatkan pasar domestik hasil perikanan Indonesia.
“Konsumsi ikan nasional pada 2020 sebesar 56,39 kg/kapita dan pada tahun ini ditargetkan meningkat menjadi 58,08 kg/kapita dan 2024 sebesar 62,05 kg/kapita dengan rata-rata tingkat pertumbuhan sebesar 2,43% per tahun,” ucap Artati.
Dalam perkembangannya, program Gemarikan menjadi lebih intensif dengan diadopsinya pada program prioritas lainnya, seperti Program Percepatan Penurunan Stunting, Program Penanganan Darurat Bencana, dan Program Penanganan Dampak Covid-19 serta Program Peningkatan Imunitas dalam rangka menghadapi Covid-19.
Artati mengingatkan, penerapan prinsip-prinsip blue economy menjadi agenda yang harus diprioritaskan dalam pelaksanaan pembangunan kelautan dan perikanan. Untuk mewujudkan hal tersebut, KKP memiliki tiga program terobosan yang bermuara pada keberlanjutan sumber daya kelautan dan perikanan nasional. Yaitu, perikanan tangkap terukur dalam rangka peningkatan PNBP dan kesejahteraan nelayan, perikanan budi daya berbasis riset untuk peningkatan ekspor, dan pembangunan kampung-kampung perikanan budi daya berbasis kearifan lokal.