close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi Alinea.id/Oky Diaz.
icon caption
Ilustrasi Alinea.id/Oky Diaz.
Bisnis
Jumat, 21 Oktober 2022 18:18

Komitmen Indonesia majukan sektor pangan bisa jadi contoh negara anggota G20

FAO berharap, agar Indonesia bisa mengajak negara-negara anggota G20 untuk bekerja sama mengatasi kerawanan pangan.
swipe

Guru besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Edi Santosa, mengungkapkan komitmen pemerintah Indonesia dalam memajukan sektor pangan dalam beberapa tahun terakhir patut menjadi contoh dunia internasional dalam membangun ketahanan pangan dalam negeri. Ia pun mengimbau agar Indonesia bisa memanfaatkan komitmen tersebut untuk mengajak negara-negara anggota G20 untuk mengatasi krisis pangan yang melanda dunia saat ini.

“Yang paling penting adalah adanya komitmen pemerintah yang kuat terhadap keinginan untuk memajukan pangan, keinginan untuk meningkatkan ketahanan pangan. Itu yang saya kira harus dicontoh negara-negara G20,” kata Edi dikutip dari keterangannya, Jumat (21/10).

Beberapa waktu lalu, hal serupa juga disampaikan Badan Pangan dan Pertanian Dunia (Food and Agricultural Organization/FAO) yang berharap, agar Indonesia bisa mengajak negara-negara anggota G20 untuk bekerja sama mengatasi kerawanan pangan di dunia. Harapan ini juga diperkuat dengan posisi Indonesia yang saat ini didaulat menjadi Ketua G20.

Ajakan ini pun telah dilakukan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo. Mentan dalam berbagai kesempatan mewakili Indonesia telah mengajak negara-negara G20 untuk bersama mengatasi krisis pangan, yang dinilai menjadi persoalan kemanusiaan yang tak boleh dibatasi oleh kepentingan apapun.

Syahrul pun mendorong seluruh negara G20 untuk membuka jalur distribusi pangan secara terbuka. Ajakan ini berdasarkan pada kecenderungan sejumlah negara eksportir pangan yang memilih untuk membatasi bahkan menutup ekspor pangannya demi mengamankan kepentingan domestik. Hal ini juga yang dikhawatirkan oleh FAO.

Edi pun berpendapat agar ke depannya Indonesia harus mengimbangi pembangunan ketahanan pangan dengan penguatan daya saing komoditas di pasar internasional. Bagi Edi, prestasi ketahanan pangan Indonesia yang baik di tengah kondisi global yang tidak pasti, masih belum lengkap menjadi contoh.

“Prestasi ketahanan pangan harus ada nilai plus lain, yaitu daya saing. Produksi tinggi saja tidak cukup. Kemudian bisa bertahan di tengah pandemi Covid-19 dan krisis itu luar biasa. Tetapi untuk memberi contoh ketahanan pangan ke negara lain, harus ada sesuatu yang ditawarkan,” imbuhnya.

Menurut Edi, peningkatan daya saing tentu akan mendorong kualitas komoditas pangan Indonesia. Oleh karena itu, peningkatan daya saing perlu dibantu melalui sarana produksi yang mendukung. Kemudian produk pangan yang dihasilkan harus tepat waktu, tepat jumlah, tepat harga, dan tepat kualitas.

“Artinya ketika sudah didaulat sebagai leader atau pemimpin G20, tentu kita tidak mengatakan yang kita capai adalah the best,” ujar Edi.

Mengutip data dari FAO hingga saat ini orang di seluruh dunia asih tidak mampu membeli makanan yang sehat. Kelaparan terus meningkat, yaitu di 2021 mencapai 828 juta orang, dan dalam jangka dua tahun jumlah orang rawan pangan melonjak dari 135 juta pada 2019 menjadi 193 juta di 2021. 

img
Erlinda Puspita Wardani
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan