close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi pertanian. Alinea.id
icon caption
Ilustrasi pertanian. Alinea.id
Bisnis
Senin, 28 November 2022 21:57

Komunitas petani Bali ubah citra negatif pertanian

"Tidak ada lagi petani itu capai, panas, dan kotor. Dengan smart farming, efisiensi jadi tinggi dan cost bisa ditekan sampai 70%."
swipe

Sebuah komunitas di Bali berinisiatif mengubah citra pertanian dari yang dikenal dengan profesi kotor, melelahkan, dan tidak efisien menjadi profesi modern. Pangkalnya, mengembangkan pertanian organik dengan sistem smart farming, irigasi sprinkle, dan penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

Inilah yang tengah dilakukan Komunitas Petani Muda Keren, yang digagas Anak Agung Gde Agung Wedhatama. Dia melibatkan petani muda dan tua di Bali dalam menjalankan visinya.

"Tidak ada lagi petani itu capai, panas, dan kotor. Dengan smart farming, efisiensi jadi tinggi dan cost bisa ditekan sampai 70%," ujar Agung Wedha dalam keterangannya, Senin (28/11).

Pria asal Singaraja, Bali, ini mengakui, citra melelahkan, tidak nyaman, dan kotor tentang dunia pertanian kuat tertanam di masyarakat. "Mengapa pertanian kita ditinggalkan? Karena cost-nya tinggi dan efisiensi rendah."

Tingginya ongkos produksi, ungkap Agung Wedhatama, terlihat sejak pratanam, tanam, dan panen. Selain itu, sistem pemasaran masih tradisional sehingga sulit menjangkau tempat jauh.

Melalui Komunitas Petani Muda Keren, dirinya berupaya mengubah citra buruk pertanian. Dalam pemasaran, misalnya, Agung Wedha mengajak para petani menjual komoditas yang dihasilkan melalui aplikasi khusus, Bali Organik Subak (BOS).

Dengan aplikasi ini, produk dijual hingga ke mancanegara. "Kami ada ekspor buah-buahan, seperti manggis dan mangga, ke China, Rusia, dan Timur Tengah," imbuhnya.

Di "Pulau Dewata", komunitas yang berdiri sejak 2018 ini menghimpun sekitar 1.000 petani yang tersebar di sejumlah kabupaten/kota. Tanaman yang dikembangkan beragam, di antaranya padi, jagung, aneka umbi, sorgum, manggis, mangga, dan jeruk.

"Menanam macam-macam. Kalau ditotal, kurang lebih, kami mengelola sekitar 500 hektare (ha) lahan pertanian," kata Agung Wedha.

Dalam berbagai kesempatan, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, mendorong pemuda dan milenial terjun ke sektor pertanian. Kementerian Pertanian (Kementan) pun menjalankan Program Satu Juta Petani Milenial.

"Petani milenial harus kreatif dan aktif. Jangan mau kalah sama petani kolonial. Yang namanya petani milenial itu punya pergaulan dan pergaulan dengan orang-orang baik. Yang saya senang dari petani milenial itu tidak mau kalah," tuturnya.

img
Erlinda Puspita Wardani
Reporter
img
Fatah Hidayat Sidiq
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan