Pembangunan fasilitas pemurnian atau smelter tembaga milik PT Freeport Indonesia di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, berjalan sesuai rencana. Pembangunan smelter tembaga berkapasitas 1,7 juta dry metric ton per tahun itu sudah mencapai 34,9% pada akhir Juni 2022.
"Dari yang terukur, progres (pembangunan) lebih cepat dari yang ditargetkan, dengan biaya yang dikeluarkan lebih dari US$1,15 miliar," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif didampingi Presiden Direktur PTFI Tony Wenas di lokasi pembangunan smelter.
Saat ini sudah terdapat 10.500 titik tiang pancang. Juga berlangsung pula pengecoran untuk fondasi struktur. "Ditargetkan akhir tahun 2022 mencapai 50%. Kita harapkan di kuartal II 2023 konstruksi udah selesai, terutama proyek smelting eksisting yang ekspansi," kata Arifin.
Guna mendukung pembangunan smelter itu dilakukan rekrutmen pekerja konstruksi sebanyak 3.500 orang. Mereka terdiri dari 98% tenaga kerja Indonesia, 50% diantaranya tenaga kerja lokal Jawa Timur.
Hal ini diharapkan untuk menjaga percepatan proyek. "Proyek pembangunan harus tetap on progress. Untuk itu, kebutuhan tenaga kerja lokal akan dioptimalkan," kata Arifin, dikutip dari laman Kementerian ESDM, Sabtu (30/7).
Kementerian ESDM mengapresiasi upaya PT Freeport Indonesia yang serius menggarap proyek smelter ini, "Secara keseluruhan saya puas. Progresnya cukup bagus, sangat berbeda dengan kunjungan pertama lalu," jelasnya.
Dalam proyek ini terdapat perluasan kapasitas smelter eksisting yang sebesar 0,3 juta dry metric ton per tahun oleh PT Smelting. Juga ada pengolahan logam berharga yang mencapai 6.000 ton/tahun.
PT Freeport Indonesia menyiapkan investasi pada belanja modal (capital expenditure) sebesar US$3 miliar untuk pembangunan smelter ini. Smelter ini ada di Java Integrated and Industrial Port Estate (JIIPE) Gresik.
Pemerintah, kata Arifin, akan terus mendorong percepatan pembangunan proyek ini. Salah satunya adalah dengan pengaturan mengenai pertambangan dan regulasi mengenai keharusan hilirisasi. "Kita ada pengaturan pertambangan dan regulasi hilirisasi, kita jaga proses itu," tegas Arifin.
Kawal implementasi
Tony Wenas mengakui perkembangan proyek cukup bagus, bahkan melampaui target. "Sekarang yang sudah kami kerjakan adalah beberapa pailing (pondasi tiang pancang) telah terpasang, yakni mencapai 11 ribu dari total 16 ribu pailing atau 65%, dengan kongkret pouring mencapai 20 ribu meter kubik dari rencana total sekitar 220 ribu meter kubik," kata Wenas.
Wenas mengatakan, aktivitas pembangunan terus digenjot intensif dengan perusahaan kontraktor PT Ciyoda International Indonesia (CII) yang fokus pada pemadatan lahan. Juga ada Adhi Karya dan kontraktor lokal lainnya.
Persetujuan masterlist pembangunan smelter telah didapatkan oleh PT Freeport Indonesia dari pemerintah. Teknologi yang diterapkan dan dikembangkan berupa Double Flash Smelting & Converting. Teknologi ini telah diadopsi oleh beberapa negara di dunia, seperti China, India, negara-negara kawasan Eropa, dan Amerika Serikat.
Produk utama yang dihasilkan smelter berupa katoda tembaga, emas dan perak murni batangan, PGM (Platinum Group Metals), serta asam sulfat, terak, gipsum, timbal sebagai produk sampingan.