Korea Selatan, menyisir Indonesia demi meraup cuan
Apa yang terlintas di pikiran Anda saat mendengar Korea Selatan? Sebagian besar mungkin akan menjawabnya dengan artis K-pop ataupun bisnis operasi plastik.
Di luar itu, pertumbuhan ekonomi Korea Selatan tumbuh pesat dalam beberapa tahun terakhir. Wabah demam Korea yang menjangkit Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, dimanfaatkan oleh pengusaha Korea Selatan melebarkan sayapnya ke negara tropis ini. Beberapa produk seperti kosmetik, makanan dan minuman cukup laris di pasar lokal. Lalu, restoran yang menjual aneka ragam masakan Korea juga mulai menjamur, terutama di mall-mall.
Indonesia menjadi salah satu destinasi menarik bagi para orang kaya di Korea Selatan sebagai tempat mengembangkan bisnis. Pasar yang cukup besar dan angka pertumbuhan ekonomi menjadi magnet bagi pengusaha Korea Selatan mendulang untung di Indonesia.
Menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dalam satu dekade terakhir, pertumbuhan nilai investasi dari para chaebol ini mencapai 37,01% per tahunnya. Tahun lalu, investasi asing dari Korea Selatan tercatat US$2,02 miliar. Nilai ini meroket 89,96% dibandingkan dengan realisasi investasi pada tahun 2016.
Jika ditotal, nilai investasi asing dari Korea Selatan sejak tahun 2007 hingga 2017 mencapai US$12,67 miliar atau berada pada peringkat kelima sebagai negara dengan investasi terbesar setelah Jepang dan Belanda.
Per Maret 2018 ini, investor Korea Selatan menabur uang sebesar US$940,04 juta di 517 proyek yang tersebar di seluruh Indonesia. Artinya, pada kuartal I tahun ini, investasi dari Korea Selatan bertumbuh 122,19% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni US$423,07 juta.
Dilihat dari sektornya, industri logam dasar, barang logam, mesin dan elektronik mendapat kucuran dana segar paling besar di antara yang lain. Tahun lalu, investasi di sektor ini mencapai US$311,39 juta. Menyusul berikutnya adalah industri listrik, gas dan air dengan nilai investasi mencapai US$249,83 juta. Lalu, di tempat ketiga adalah industri kulit, barang dari kulit dan sepatu sebesar US$207,95 juta.
Sementara, ekspor Korea ke Indonesia naik rata-rata 7,82% per tahun sejak tahun 2007 hingga 2017. Pada tahun lalu, Korea Selatan mengirim produknya ke Indonesia sebesar US$8,40 miliar atau tumbuh 27,16% ketimbang 2016 yakni US$6,61 miliar. Per semester I-2018, nilai ekspor Negeri Gingseng itu ke Indonesia naik 14,48% year on year (yoy) dari US$3,94 miliar menjadi US$4,51 miliar. Mayoritas, Korea Selatan menjual produk besi baja, kapal, struktur bangunan, plastik, dan mesin ke pasar Indonesia.
CEO Korea Trade and Investment Promotion Agency (KOTRA) Jakarta, Kim Byung Sam bilang animo pengusaha Korea Selatan cukup tinggi di Indonesia. Hal ini terlihat dari banyaknya permintaan riset pasar, pertanyaan dan konsultasi untuk membuka lapak di Indonesia, baik melalui investasi maupun ekspor-impor.
"Jumlah penduduk Indonesia besar, pertumbuhan kelas menengah menjadi alasan pengusaha Korea Selatan datang ke Indonesia," ujar Kim.
Meski ramai, tak sedikit perusahaan yang berubah pikiran dan mengalihkan haluan investasi ke negara Asia Tenggara lainnya seperti Vietnam, Thailand ataupun Myanmar. Alasannya, birokrasi, upah buruh, dan insentif yang cukup menarik.
Menurut Kim, alur untuk mengantongi izin investasi dari BKPM cukup panjang. Persyaratan dokumen untuk beberapa sektor juga berbelit. Belum lagi, seringnya peraturan yang berubah. Hal ini membuat investor kebingungan dan khawatir bisa mengancam bisnisnya di masa depan.
"Meski demikian, pemerintah Indonesia mulai berbenah. Banyak peraturan yang menguntungkan investor," papar Kim.
Aturan main insentif tax holiday yang baru saja diliris oleh pemerintah diharapkan bisa merangsang keinginan investor Korea Selatan membangun fasiltas produksi di Indonesia. Di aturan baru, pemberian tax holiday tak lagi ditentukan berdasarkan rentang batas, melainkan 100% selama beberapa periode waktu tertentu sesuai dengan nilai komitmen investasi. Lalu, investor juga masih memperoleh diskon pajak sebesar 50% dalam waktu dua tahun setelah periode tax holiday habis.
Di sisi lain, proyek infrastruktur yang dikebut oleh pemerintahan Jokowi membuat ongkos produksi susut. Penambahan daerah wilayah industri dan kawasan ekonomi khusus diharapkan bisa menarik minat investasi.
"Kalau impor, kendalanya adalah sertifikat BPOM dan SNI karena bisa menjadi cost tambahan," jelas Kim.
Minat perusahaan Korea Selatan ekspansi ke Indonesia tak bakal redup dalam beberapa tahun ke depan. Hal ini menyesuaikan kebijakan yang diambil oleh pemerintah Korea Selatan di bawah kepemimpinan Moon Jae-in. Sesuai arahannya, Korea Selatan lebih merapat ke Asia terutama Asia Tenggara ketimbang Amerika Serikat. Indonesia dan Vietnam adalah negara tujuan favorit untuk menggantikan pasar China. Maklum, hubungan politik antara China dan Korea Selatan yang tak mesra juga berimbas ke ekonomi dan perdagangan. Mau tak mau Korea Selatan tidak boleh menggantungkan pasar ke China saja, melainkan juga harus ekspansi ke negara lain.
Beberapa perusahaan besar sudah menyatakan komitmennya untuk investasi di Indonesia. Bahkan, perusahaan milik negara juga ingin terlibat dalam beberapa proyek infrastruktur yang digeber oleh pemerintahan Jokowi. Beberapa perusahaan tersebut adalah Lotte Chemical Titan menyatakan minatnya untuk membangun pabrik naphta cracker senilai US$3,5 miliar. Lalu Korea Rail Network Authority (KRNA), anak usaha Korea Rail menyatakan minatnya terlibat di proyek LRT Jakarta dan Medan. Lalu, Korea South East Power Co yang juga menandatangani nota kesapahaman dengan PT CAC untuk proyek pembangunan pembangkit batubara Kaltim 3. Di industri keuangan, ada IBK yang ingin menaikkan status dari kantor perwakilan menjadi kantor cabang.