close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno (kanan) bersama Dirut PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (PT KS) Silmy Karim (kiri) menyalakan tungku bakar saat acara Penyalaan Perdana Blast Furnace Comple
icon caption
Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno (kanan) bersama Dirut PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (PT KS) Silmy Karim (kiri) menyalakan tungku bakar saat acara Penyalaan Perdana Blast Furnace Comple
Bisnis
Jumat, 04 Januari 2019 16:12

Krakatau Steel merugi sejak enam tahun terakhir

Pada kuartal III-2018 pun, perusahaannya masih mengalami kerugian sebesar US$ 37 juta. 
swipe

PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS) mengakui telah mengalami kerugian selama enam tahun berturut-turut. Selain merugi, harga saham KRAS juga alami penurunan jika dilihat periode satu tahun ( 4 Januari 2018-4 Januari 2019).

Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan, pada kuartal III-2018 pun, perusahaannya masih mengalami kerugian sebesar US$ 37 juta. 

Sementara itu, mengutip Bloomberg, harga saham KRAS dalam setahun terakhir alami penurunan 14,46% menjadi Rp414 per saham dari Rp484 per saham.

"Kami sedang melakukan perbaikan fundamentalnya," ujarnya dalam acara Paparan Publik Krakatau Steel di Gedung BEI, Jakarta, Jumat (4/1).

Salah satu perbaikan fundamental yang dimaksud Silmy adalah kinerja industri baja tanah air. Selama ini industri baja nasional terdampak dari serangan produk baja impor.

Baja impor yang masuk mengakali nomor Harmonized System (HS) dari carbon steelmen menjadi jenisalloy steel. Sehingga produk tersebut akan mendapatkan lebih rendah dibanding jenis produk baja lainnya.

Selain itu, Krakatau Steel juga harus bersaing dengan berbagai produk baja impor yang tidak terkena bea masuk. Juga pengenaan pajak akibat diberlakukannya peraturan Menteri Perdagangan Nomor 22 Tahun 2018 yang menghapus persyaratan impor yang semula ada di Permendag Nomor 82 Tahun 2016 serta pemeriksaan melalui post border.

Silmy mengaku selama ini cukup berat untuk bisa mendorong peningkatan penjualan baja di dalam negeri. Hal inilah yang menurutnya menjadi pemicu defisit neraca perdagangan baja.

Kendati begitu, perseroan mengaku sedang gencar melakukan restrukturasi untuk menangani kerugian tersebut. Restrukturisasi yang dilakukan oleh perseroan, merupakan restrukturisasi fundamental bisnis perusahaan. Sehingga KRAS diharapkan bisa mencetak laba pada 2019.

"Kami sedang mengupayakan laba. Tapi yang pasti fundamental bisnis, seperti industrinya harus rapi," jelas Silmy.

Perbaikan fundamental bisnis tersebut, meliputi perbaikan sisi distribusi serta rantai supply perusahaan. Selain itu, juga restrukturisiasi organisasi bisnis. Saat ini, KRAS juga tengah gencar mencari partner strategis untuk mengembangkan bisnis.

"Mulai dari strategic partner, dukungan perbankan, dukungan investor. Ini kami sedang tata, satu per satu," pungkas Silmy.
 

img
Eka Setiyaningsih
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan