PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS) mulai memproduksi baja lembaran panas atau hot rolled coil (HRC) dari pabrik hot strip mill 2 (HSM 2), yang berkapasitas 1,5 juta ton per tahun pada Senin (17/5) malam. Pabrik dengan investasi mencapai US$521 juta atau setara Rp7,5 triliun ini diklaim sebagai pabrik baja dengan teknologi terbaru dan tercanggih, yang mulai dibangun pada tahun 2016.
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan, pabrik ini menghasilkan produk baja HRC dengan spesifikasi tertentu, untuk melengkapi produk yang dihasilkan oleh pabrik HSM 1 Krakatau Steel yang sudah beroperasi dari tahun 1983.
Salah satu jenis produk yang menjadi keistimewaan pabrik baru ini adalah HRC untuk kebutuhan otomotif. Pabrik ini merupakan pertama di Indonesia yang mampu menghasilkan ketebalan HRC dengan rentang 1,4 mm hingga 16 mm, dengan lebar mulai dari 600 mm hingga 1.650 mm.
“Pabrik ini menggunakan teknologi dan sistem terbaru yang memiliki tingkat efisiensi lebih tinggi. Total penghematan biaya operasional bisa mencapai 25% dari pabrik HSM pada umumnya, karena penurunan konsumsi energi dan penggunaan tenaga kerja yang lebih optimal,” kata Silmy dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (18/5).
Melalui pabrik HSM 2 ini, kapasitas produksi HRC Krakatau Steel bertambah menjadi 3,9 juta ton per tahun, sehingga dapat menekan impor HRC yang mencapai 0,9 juta ton hingga 1,9 juta ton per tahun. Sedangkan kebutuhan baja HRC/Plate nasional mencapai 4,8 juta ton hingga 5,3 juta ton per tahun.
“Atas dasar data tersebut, artinya kebutuhan HRC sudah dapat dipenuhi oleh pabrikan dalam negeri,” ujarnya.
Dia melanjutkan, pabrik baru ini sudah disiapkan untuk mengantisipasi peningkatan kapasitas produksi sampai dengan 4 juta ton per tahun, sehingga dalam pengembangannya nanti investasi yang dibutuhkan lebih rendah dibandingkan dengan investasi pabrik kompetitor di dalam dan luar negeri.
Adapun penyelesaian pembangunan pabrik ini yang semula direncanakan beroperasi pada awal tahun 2020, sempat tertunda karena adanya pandemi Covid-19. Kendala yang dihadapi saat itu adalah pada tahap commissioning, akibat kesulitan dalam mendatangkan teknisi dari luar negeri. Pabrik HSM 2 ini dibangun oleh konsorsium bersama SMS Group Jerman dan PT Krakatau Engineering.
“Kami bersyukur akhirnya proyek HSM 2 ini bisa selesai karena dengan dioperasikannya pabrik ini, akan semakin memperbaiki kinerja Krakatau Steel. Terlebih saat ini terjadi peningkatan harga baja dunia pada enam bulan terakhir,” tutur Silmy.
Sementara Menteri BUMN, Erick Thohir dalam keterangan tertulis, menyatakan apresiasi terhadap keberhasilan beroperasinya pabrik HSM 2. Keberhasilan ini membuktikan transformasi yang dilakukan Krakatau Steel berjalan dengan baik.
“Dengan beroperasinya Pabrik HSM 2, Krakatau Steel mampu memenuhi kebutuhan baja dalam negeri sehingga akan mewujudkan kemandirian industri baja nasional. Hal ini akan berkontribusi terhadap penghematan cadangan devisa negara mencapai Rp29 triliun,” ucap Erick.