Pandemi mengakibatkan rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) perbankan merangkak naik. PT Bank Permata Tbk. (BNLI) mencatat kenaikan NPL gross ke level 3,8% pada kuartal III-2020 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 3,3%.
Ridha D.M. Wirakusumah, Direktur Utama PermataBank mengatakan NPL net juga naik tipis ke level 1,5% dibandingkan posisi September 2019 sebesar 1,2%.
"NPL kami masih dapat dikelola dengan baik di level yang aman di tengah penurunan kualitas aset industri perbankan Indonesia," ujar Ridha dalam keterangan resmi, Jakarta, Rabu (28/10).
Menurut Ridha, perusahaan melakukan upaya berkelanjutan untuk perbaikan NPL melalui restrukturisasi kredit bermasalah, penghapusan kredit, penjualan kredit NPL, dan pertumbuhan kredit good book.
Restrukturisasi kredit dilakukan sejalan dengan arahan regulator. Selama kuartal III-2020, sekitar 11,6% dari portofolio kredit yang diberikan, mengajukan permohonan restrukturisasi dan relaksasi, di mana sebagian besar telah diselesaikan.
Perusahaan juga mengalokasikan biaya pencadangan penurunan kualitas aset yang cukup signifikan sebesar Rp1,86 triliun hingga kuartal III-2020. Angka sebesar itu dengan memperhitungkan potensi peningkatan kerugian kredit sebagai akibat dari perlambatan pertumbuhan perekonomian yang berdampak pada profil risiko portofolio kredit.
Di sisi lain, pendapatan operasional sebelum pencadangan naik 20,4% secara tahunan atau year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan ditopang oleh naiknya pendapatan bunga bersih sebesar 8,6% dan pendapatan non-bunga sebesar 9,0% yoy.
"Pencapaian ini diikuti dengan perbaikan rasio marjin bunga (net income margin) menjadi 4,4%, meningkat dari 4,2% di periode yang sama tahun lalu," ujarnya.
Pendapatan non-bunga juga dikerek oleh penerapan teknologi digitalisasi dalam transaksi perbankan. Volume transaksi mobile banking meningkat sebesar 69% dan API (application programming interface) melonjak 400% di tahun 2020 yang lebih tinggi dibandingkan volume transaksi sepanjang 2019. Kenaikan jumlah transaksi digital dipicu oleh adaptasi nasabah dengan masa new normal.
Sementara, posisi likuiditas bank terjaga dengan baik dibuktikan dengan rasio likuiditas loan to deposit ratio (LDR) optimum sebesar 74,5% di bulan September 2020 dan rasio CASA tercatat sebesar 50,8%, meningkat 103 basis poin dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Total dana simpanan masyarakat tumbuh sebesar 11,1% yoy, kontribusi terbesar dari pertumbuhan produk giro sebesar 18,3%, diikuti oleh tabungan dan deposito masing-masing 8,2% dan 8,9% yoy.
"Hal ini menunjukkan di tengah kondisi ekonomi yang sulit, perusahaan masih dipercaya oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan transaksi perbankan dan mengelola operasional bisnis serta kebutuhan likuiditasnya dengan baik," ujarnya.
Dari sisi permodalan, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) berada di posisi 21,6%, meningkat dibanding 19,8% pada periode yang sama tahun lalu, jauh lebih tinggi dari ketentuan minimum modal yang berlaku.