PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk menyatakan terdapat ratusan debitur dengan total pinjaman kredit sebesar Rp554 miliar yang terdampak erupsi Gunung Agung, Bali. Direktur Utama BRI Suprajarto di Jakarta, Rabu, mengatakan debitur atau peminjam kredit yang paling banyak terdampak adalah sektor mikro dan ritel seperti pengusaha perhotelan dan jasa wisata.
Namun, Suprajarto mengklaim dampak dari erupsi Gunung Agung tidak akan meningkatkan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) BRI yang hingga akhir kuartal III 2017 terjaga di 2,33% (gross). "NPL tidak akan menjadi besar. Lagipula budaya orang Bali itu walau sekarang nunggak, tapi nunggak itu sesuatu yang tabu. Jadi kami optimistis kalau Bali akan cepat 'recovery'," ujarnya, melansir Antara.
Perseroan, kata Suprajarto, sudah menyiapkan upaya mitigasi agar NPL tidak meningkat. Suprajarto meyakini NPL BRI di akhir tahun tetap akan berada jauh di bawah 3%. "Secara nasional, NPL mungkin masih ada di kredit menengah, karena paling banyak di wilayah di cabang, seperti untuk sektor perdagangan, termasuk konstruksi," ujar dia.
Terkait mitigasi dampak erupsi Gunung Agung, sebelumnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan akan mengeluarkan kebijakan relaksasi bidang keuangan dan perbankan di Bali. Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan otoritas sebenarnya telah memiliki aturan untuk menyikapi dampak atas kondisi daerah yang terkena bencana alam. Bali, kata dia, memiliki karakteristik khusus, baik yang bersifat langsung maupun tidak.
"OJK saat ini sedang mengidentifikasi kebutuhan perumusan kebijakan terkait dengan dampak menggeliatnya Gunung Agung untuk penanganan debitur dan perbankan," tuturnya.
Wimboh mengatakan OJK bakal mengantisipasi dampak lanjutan karena banyak debitur yang tidak bisa kembali berusaha, termasuk adanya "peringatan perjalanan" (travel warning) sehingga jumlah kedatangan wisatawan berkurang.