close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan ekonomi Indonesia tidak terdampak oleh tekanan eksternal seperti gejolak di Turki dan Argentina. / Antara Foto
icon caption
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan ekonomi Indonesia tidak terdampak oleh tekanan eksternal seperti gejolak di Turki dan Argentina. / Antara Foto
Bisnis
Jumat, 29 Maret 2019 21:00

Krisis Turki, pemerintah pastikan ekonomi RI tak terdampak

Saat ini indikator ekonomi makro dalam keadaan terjaga dan stabil sehingga tidak rentan dari kondisi global.
swipe

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan ekonomi Indonesia tidak terdampak oleh tekanan eksternal seperti gejolak di Turki dan Argentina.

Darmin mengatakan saat ini indikator ekonomi makro dalam keadaan terjaga dan stabil sehingga tidak rentan dari kondisi global.

"Kita pertumbuhannya oke, inflasinya oke, penurunan tingkat kemiskinan oke, gini rasio turun, tingkat pengangguran turun," kata Darmin di Jakarta, Jumat (29/3).

Kendati demikian, Darmin mengakui masih ada persoalan utama di sektor ekonomi yaitu defisit neraca perdagangan yang terjadi akibat kinerja ekspor yang melambat.

Namun, kondisi neraca pembayaran dalam keadaan baik yang ditandai dengan masuknya aliran modal seiring redanya sentimen kenaikan suku bunga The Fed.

Secara keseluruhan, menurut dia, belum ada hal yang patut dikhawatirkan karena fundamental ekonomi masih dalam kondisi sehat.

"Spill over terjadi kalau anda ada sakitnya," kata Darmin.

Sebelumnya, perekonomian global dalam sepekan terakhir diwarnai tekanan likuiditas mata uang lira, Turki, menyusul intervensi Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di pasar uang negara setempat.

Selain itu, gejolak ekonomi juga terjadi di Argentina seiring dengan merosotnya nilai peso.

Sistem keuangan terjaga

Bank Indonesia menyebutkan, stabilitas sistem keuangan masih terjaga baik meskipun terjadi gejolak likuiditas di negara-negara ekonomi sepadan (peers) seperti Turki dan Argentina dalam sepekan terakhir.

Pergerakkan nilai tukar rupiah selama sepekan terakhir tercatat mengalami depresiasi sebesar 0,5%. Namun, secara tahun berjalan, sejak awal 2019 masih menunjukkan penguatan 0,9% (year to date/ytd).

"Bisa kami sampaikan sentimen investor ke Indonesia masih cukup positif sangat baik. Artinya kalau kita lihat aliran modal masuk di instrumen domestik, baik di Surat Berharga Negara, Sertifikat Bank Indonesia dan saham," kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo.

Dody memandang meskipun sepekan terakhir kondisi eksternal penuh dinamika, ketahanan stabilitas sistem keuangan domestik masih terjaga baik berdasarkan pergerakan nilai tukar, pergerakan pasar saham dan juga parameter di industri jasa keuangan.

Ke depan, ujar Dody, otoritas moneter akan menjaga nilai tukar rupiah sesuai fundamentalnya. Saat ini, rupiah berada di Rp14.223 per dolar AS di pasar spot. Dody menyebut level tersebut masih di bawah nilai fundamentalnya. "Harusnya bisa lebih menguat," ujarnya.

Menurut data Otoritas Jasa Keuangan, modal asing yang masuk (capital inflow) ke Indonesia dari 1 Januari hingga 22 Maret 2019 mencapai Rp74,7 triliun.

Rinciannya, jumlah modal asing yang diinvestasikan pemodal asing ke Surat Berharga Negara (SBN) pemerintah mencapai Rp63,5 triliun, dan ke instrumen saham sebesar Rp 11,2 triliun.

Bank Indonesia menyatakan masih mempertahankan arah kebijakan moneternya, termasuk suku bunga acuan, untuk menjaga stabilitas perekonomian dari tekanan eksternal. 

Arah kebijakan yang diterjemahkan untuk menjaga daya tarik aset berdenominasi rupiah agar investasi asing semakin deras masuk, dan mampu membiayai defisit transaksi berjalan.
 

img
Soraya Novika
Reporter
img
Laila Ramdhini
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan