close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Menteri Keuangan Sri Mulyani  yang juga selaku Ketua KSSK. Foto YouTube Kemenkeu
icon caption
Menteri Keuangan Sri Mulyani yang juga selaku Ketua KSSK. Foto YouTube Kemenkeu
Bisnis
Kamis, 03 November 2022 20:08

KSSK siapkan kebijakan untuk antisipasi pelambatan ekonomi global

Kondisi global saat ini dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi di sejumlah negara maju, terutama Amerika Serikat (AS), Eropa dan China
swipe

Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) meyakini kondisi sistem keuangan Indonesia pada kuartal III-2022 atau Q3 tetap berada dalam keadaan kuat, walau di tengah tingginya risiko global. Hal itu disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam jumpa pers hasil Rapat Berkala KSSK IV Tahun 2022 di Jakarta, Kamis (3/11). 

"Kami berkomitmen untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dengan memperkuat koordinasi dan terus mewaspadai perkembangan risiko global," ucapnya.

Belanja negara hingga triwulan III-2022 telah mencapai Rp1.913,9 trilliun atau 61,6% dari total anggaran belanja yang tercantum di dalam Perppres 98/2022. Sementara, realisasi pembiayaan APBN mencapai Rp429,8 triliun (51,2% dari target pembiayaan).

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan III-2022 yang masih tetap sehat dengan kinerja ekspor yang juga diperkirakan masih tetap terjaga kuat.  

Posisi cadangan devisa pada akhir September 2022 juga masih tetap kuat, tercatat pada level yang masih tinggi yaitu US$130,8 miliar.  Hal ini setara dengan pembiayaan 5,9 bulan impor.

Selain itu, stabilitas nilai tukar Rupiah tetap terjaga di tengah tren menguatnya Dolar Amerika Serikat. Indeks nilai tukar Dolar AS terhadap nilai tukar Rupiah sampai dengan 31 Oktober 2022 terdepresiasi 8,62% (ytd), atau masih relatif lebih baik dibandingkan depresiasi berbagai mata uang sejumlah negara berkembang lainnya. 

Kendati begitu, Sri Mulyani selaku Ketua KSSK akan menyiapkan berbagai respons kebijakan dalam mengantisipasi kinerja perekonomian global yang terlihat melambat, dengan risiko ketidakpastian yang semakin tinggi ke depannya.

Menurut dia, kondisi global saat ini dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi di sejumlah negara maju, terutama Amerika Serikat (AS), Eropa dan China, yang terlihat dari Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur global pada September 2022 yang masuk ke zona kontraksi pada level 49,8. 

"Perlambatan tersebut dipengaruhi oleh ketegangan geopolitik dan perang di kawasan Ukraina yang memicu tekanan inflasi tinggi, fragmentasi ekonomi global, perdagangan dan investasi, serta kebijakan pengetatan moneter yang lebih agresif," ungkap Sri Mulyani.

Lebih lanjut, Sri Mulyani optimistis situasi domestik saat ini masih dalam keadaan kuat dengan masa pemulihan terus berjalan. Salah satunya melalui pemanfaatan instrumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 secara antisipatif dan responsif, dan tetap mengedepankan kewaspadaan.

"Kami (KSSK) akan terus mengedepankan coordination policy response serta kebijakan terkoordinasi untuk mitigasi dampak gejolak global, dan pemburukan ekonomi global yang berpotensi menimbulkan rembesan pada ekonomi Indonesia, serta stabilitas sistem keuangan domestik," jelasnya.

Selain itu, penguatan dan koordinasi sinergi antar lembaga maupun anggota KSSK akan terus dilakukan untuk menjaga stabilitas makro dan sistem keuangan. Kemudian, mendorong penyaluran kredit pada sektor prioritas yang sejalan dengan pembangunan nasional, dan menjaga pemulihan ekonomi. 

Menurut rencana, KSSK akan melakukan rapat berkala selanjutnya pada Januari 2023, dengan koordinasi yang terus dilakukan antar anggota untuk mengantisipasi dampak dari gejolak global yang luar biasa.

img
Yohanes Robert
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan