Bank Indonesia (BI) mencatat pada kuartal II-2020 aliran modal asing dalam bentuk portofolio yang masuk ke Indonesia mencapai US$10,2 miliar, seiring dengan besarnya likuiditas global yang dipicu oleh kebijakan moneter sejumlah negara maju.
Gubernur BI Perry Warjiyo pun memperkirakan masuknya aliran modal asing tersebut ke Indonesia akan terus berlanjut, meski pada Juli sempat terjadi penurunan akibat dari kenaikan ketidakpastian pasar keuangan global.
"Aliran modal asing dalam bentuk investasi portofolio pada triwulan II 2020 mencatat net inflows sebesar US$10,2 miliar. Bank Indonesia memperkirakan aliran masuk modal asing kembali berlanjut," katanya dalam video conference, Kamis (16/7).
Selain dipicu kebijakan moneter negara maju, masuknya aliran modal asing ke Indonesia disebabkan tingginya daya tarik aset keuangan domestik dan terjaganya keyakinan investor terhadap prospek perekonomian dalam negeri.
Masuknya aliran modal asing tersebut, turut memicu apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Rupiah secara point to point pada kuartal II-2020 mengalami apresiasi 14,42% dan terbesar pada Mei dan Juni 2020. Meskipun sebenarnya secara rerata mencatat depresiasi 4,53% akibat level yang masih lemah pada April 2020.
Namun, pada awal Juli 2020, rupiah dan mata uang regional sedikit tertekan seiring ketidakpastian global, termasuk akibat kembali meningkatnya risiko geopolitik AS-China. Hingga 15 Juli 2020, Rupiah terdepresiasi 2,28% baik secara point to point maupun secara rerata dibandingkan dengan level Juni 2020.
Di samping itu, apresiasi rupiah turut menyokong naiknya devisa nasional yang terlihat pada akhir Juni 2020 mengalami peningkatan menjadi US$131,7 miliar atau setara pembiayaan 8,4 bulan impor atau 8,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.