Kurs rupiah diproyeksi masih akan melemah hingga akhir tahun menyentuh Rp14.700 per dollar Amerika Serikat seiring koreksi pertumbuhan ekonomi.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai pelemahan rupiah terjadi lantaran Bank Indonesia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi 2018 menjadi 5,1%. Hal itu memicu pelarian dana asing.
"Hari ini net sales investor asing mencapai Rp76 miliar atau Rp4,5 triliun dalam sebulan terakhir," kata dia saat dihubungi Alinea.id, Kamis (19/7).
Menurut dia, seharusnya bank sentral tetap menjaga ekspektasi pasar agar optimistis. Jika BI pesimistis, sinyal negatif bakal terjadi di pasar modal dan keuangan.
Pada saat bersamaan di pasar global, sambungnya, perang dagang kembali memanas lantaran belum tercipta konsensus antara AS dan China. Masing-masing negara masih bertahan pada posisi perang tarif.
Di sisi lain, memburuknya kondisi dalam negeri Turki dan Argentina juga diperkirakan dapat berisiko sistemik ke negara emerging market lainnya.
Sementara itu, Bhima menilai belum terciptanya bauran kebijakan fiskal dan moneter juga menjadi persoalan tersendiri. Bank sentral telah bekerja keras melalui intervensi cadangan devisa dan mengerek suku bunga acuan sejak Mei. "Tetapi fiskalnya belum bergerak," kata dia.
Idealnya, kata dia, pemerintah melakukan relaksasi pajak untuk mendorong sektor ril. Bukan sekadar insentif tax holiday, sambungnya, tetapi juga pemangkasan PPh badan dan PPn secara menyeluruh bagi semua sektor.
Kondisi demikian, membuat dia memperkirakan nilai tukar rupiah masih akan tertekan hingga akhir tahun. Bahkan, dia memproyeksi rupiah bakal menyentuh level Rp14.700 per dollar AS.
"Rupiah masih akan melemah. Proyeksinya pada kisaran Rp14.700 per dollar AS akhir tahun," tuturnya.
Dia menyarankan agar pemerintah dapat memperkuat sektor-sektor penghasil devisa, seperti ekspor dan pariwisata. Di antaranya melalui instif pajak ekspor dan percepatan pembangunan infrastruktur pariwisata, serta memperbanyak rute penerbangan wisata.
Pergerakan IHSG pada Kamis (19/7).
Depresiasi rupiah
Sepanjang hari Kamis (19/7), nilai tukar rupiah di pasar spot seperti dikutip dari Bloomberg ditutup di zona merah. Kurs rupiah ditutup melemah 0,19% sebesar 28 poin ke level Rp14.442 per dollar AS.
Depresiasi rupiah terjadi sejak awal perdagangan dengan rentang Rp14.415-Rp14.442 per dollar AS. Bahkan, imbal hasil rupiah telah tergerus dengan penurunan 6,76% sejak awal tahun (year-to-date/ytd).
Dari Bank Indonesia, Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) berada pada level Rp14.418 per dollar AS. Posisi itu melemah dari hari sebelumnya Rp14.406 per dollar AS.
Adapun, kurs jual yang dipatok BI mencapai Rp14.490 dan kurs beli Rp14.346 per dollar AS.
Tekanan nilai tukar rupiah berdampak ke lantai bursa. Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi 0,33% sebesar 19,65 poin ke level 5.871,07 dari sebelumnya 5.890,73.
Koreksi IHSG telah mencapai 7,61% sejak awal tahun. Koreksi terdalam terjadi pada sektor consumer goods sebesar 16,2% ytd.
Tekanan terbesar terjadi akibat aksi jual bersih (net sell) investor asing di lantai bursa dengan nilai Rp75,53 miliar. Capaian net sell tersebut menambah pelepasan portofolio investor asing sejak awal tahun menjadi Rp50,84 triliun.