PT Astra International Tbk. (ASII) mencatatkan penurunan laba bersih konsolidasian pada kuartal III-2020 sebesar 11,53% menjadi Rp14,03 triliun dari Rp15,86 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Sementara pendapatan bersih konsolidasian juga tercatat turun 26% menjadi Rp130,3 triliun.
Pesiden Direktur Astra International Djony Bunarto Tjondro mengatakan, tanpa memasukkan keuntungan penjualan Bank Permata, laba bersih Grup Astra bisa turun hingga 49% menjadi Rp8,2 triliun. Penurunan yang dalam ini disebabkan oleh loyonya kinerja divisi otomotif, alat berat dan pertambangan, jasa keuangan, serta anjloknya harga batu bara.
"Keseluruhan kinerja Grup Astra hingga kuartal III-2020 lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu, terutama akibat dari pandemi Covid-19," kata Djony dalam keterangan resminya yang diterima Alinea.id, Senin (26/10).
Meskipun demikian, lanjutnya, kinerja Grup Astra pada kuartal III-2020 menunjukkan beberapa perbaikan, dibandingkan dengan kinerja pada kuartal II-2020 karena mulai dilonggarkannya pembatasan terkait pandemi.
"Pandemi ini dan langkah-langkah yang diambil untuk mengendalikan dampaknya, diperkirakan masih akan berlanjut untuk beberapa waktu mendatang dan masih akan memengaruhi kinerja Grup hingga akhir tahun ini,” ujarnya.
Lebih lanjut, Djony mengatakan kinerja Grup Astra di segmen otomotif hingga kuartal III-2020 tercatat menurun. Laba bersih perseroan di segmen ini terjun bebas 70% menjadi Rp1,8 triliun, dari Rp6,06 triliun pada kuartal III-2019.
Emiten berkode ASII ini mencatat, segmen otomotif kembali membukukan keuntungan pada kuartal III-2020 setelah mengalami kerugian bersih pada kuartal kedua, akibat dari peningkatan volume penjualan menyusul pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Kemudian, laba bersih segmen jasa keuangan Grup Astra tercatat turun 36% menjadi Rp2,8 triliun hingga kuartal III-2020. Penurunan ini terutama disebabkan oleh peningkatan provisi, guna menutupi peningkatan kerugian kredit bermasalah pada bisnis pembiayaan konsumen dan alat berat.
Lalu laba bersih Grup Astra dari divisi alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi juga turun sebesar 40% menjadi Rp3,1 triliun. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penjualan alat berat dan volume kontrak penambangan yang lebih rendah, akibat melemahnya harga batu bara.
Sementara itu di segmen agribisnis, Grup Astra tercatat membukukan peningkatan laba bersih 421% mencapai Rp464 miliar, dari Rp89 miliar secara tahunan (year on year/yoy). Peningkatan laba bersih secara signifikan disebabkan harga minyak kelapa sawit yang naik 27% menjadi Rp8.194/kg.
Di segmen infrastruktur dan logistik, Grup Astra mencatat rugi bersih Rp59 miliar pada kuartal III-2020, dibandingkan dengan laba bersih sebesar Rp155 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Kerugian ini disebabkan penurunan pendapatan jalan tol dan turunnya marjin operasi pada PT Serasi Autoraya (SERA).
Selanjutnya, laba bersih perseroan dari segmen teknologi informasi tercatat menurun 66% menjadi Rp26 miliar. Penurunan ini disebabkan oleh susutnya pendapatan dari bisnis solusi dokumen dan layanan perkantoran PT Astra Graphia Tbk. yang 76,9% sahamnya dimiliki perseroan.
Adapun segmen properti dilaporkan mengalami peningkatan laba bersih 110% dari Rp41 miliar menjadi Rp86 miliar. Peningkatan laba bersih ini karena adanya peningkatan hunian yang lebih tinggi di Menara Astra dan pengakuan laba dari proyek pengembangan Asya Residences.