close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Salah satu sudut kantor Citibank. Foto online.citi.com
icon caption
Salah satu sudut kantor Citibank. Foto online.citi.com
Bisnis
Kamis, 12 November 2020 17:05

Citibank peroleh laba bersih Rp1,9 triliun pada kuartal III-2020

Citibank meningkatkan cadangan kerugian kredit sejalan dengan dampak pandemi yang masih berlangsung. 
swipe

Citibank NA Indonesia (Citibank) berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp1,9 triliun pada kuartal III-2020. Di tengah ketidakpastian ekonomi, Citibank juga mencatatkan kinerja yang positif dengan return on equity sebesar 15% dan return on assets sebesar 3,9%.

CEO Citibank NA Indonesia Batara Sianturi menjelaskan, Citibank juga terus meningkatkan cadangan kerugian kredit sejalan dengan dampak pandemi yang masih berlangsung. 

"Meskipun demikian, Citibank tetap melaporkan non performing loans (NPL) gross dan net yang stabil masing-masing sebesar 2,8% dan 0,3%," katanya dalam video conference, Kamis (12/11).

Sedangkan, portofolio kredit pada kuartal ketiga meningkat 6% secara year-to-date (ytd) menjadi Rp47,4 triliun. Kontribusi utama pertumbuhan portofolio kredit berasal dari lini bisnis institutional banking, terutama pada sektor industri manufaktur, pertanian dan kehutanan serta perantara keuangan.

Pertumbuhan portofolio kredit ditunjang oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) berkelanjutan yang tumbuh sebesar 10% memungkinkan bank untuk mencatatkan rasio lending-to-funding (LDR) yang sehat sebesar 76,6%. 

Selain sangat likuid, Citibank juga memiliki tingkat kecukupan modal yang sangat baik dengan rasio KPMM sebesar 26,5%.

"Di tengah ketidakpastian akibat pandemi Covid-19, kami berkomitmen untuk terus menjaga tingkat likuiditas dan meningkatkan kecukupan modal. Neraca kami memiliki kapasitas untuk terus melayani kebutuhan nasabah kami. Dengan penekanan yang kuat pada manajemen risiko, kami akan terus melayani secara hati-hati di masa-masa penuh tantangan ini," ujarnya.

Citibank memperkirakan pemulihan perekonomian Indonesia akan terus berlanjut di beberapa kuartal mendatang. Menurutnya dimulainya kembali reformasi melalui Omnibus Law, telah memberikan sinyal positif bagi para investor global. 

Sedangkan, pemulihan ekspor yang cukup pesat dan minat investor global terhadap investasi ke aset Indonesia mulai pulih, di saat impor relatif masih lemah. Kombinasi tersebut telah membantu meningkatkan keseimbangan antara penawaran dan permintaan valuta asing di pasar valuta asing, yang berujung pada penguatan rupiah.

"Di tengah inflasi yang masih rendah, bank memperkirakan bahwa stabilitas mata uang dapat membuka ruang untuk penurunan suku bunga yang lebih banyak, yang selanjutnya dapat mendukung pemulihan ekonomi," ucapnya.

img
Nanda Aria Putra
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan